Manufaktur Cina Masih Mengalami Kontraksi  

Reporter

Editor

Selasa, 24 Juli 2012 14:04 WIB

Buruh perakit produk Apple di pabrik Foxconn, Cina. inthesetimes.com

TEMPO.CO, Hong Kong - Aktivitas manufaktur sektor swasta Cina yang dirilis hari ini berhasil membaik ke level terkuatnya sejak bulan Februari, meski masih menunjukkan kontraksi dalam sembilan bulan terakhir.

Indeks manufaktur Cina (HSBC Flash Manufacturing PMI) di bulan Juli ini meningkat menjadi 49,5 dari skala 100 poin, lebih baik dari level 48,2 di bulan Juni. Angka di atas level 50 menunjukkan pertumbuhan, sedangkan di bawah 50 menunjukkan kontraksi.

Kepala ekonom HSBC Cina, Hongbin Qu, mengatakan dalam pernyataannya yang menyertai rilis PMI hari ini bahwa kebijakan langkah-langkah pelonggaran mulai berlaku di perekonomian.

Bank Sentral Cina (BPoC) telah menurunkan suku bunga pinjaman dan tabungan pawa awal Juli lalu, menandai penurunan biaya yang kedua berturut-turut dalam dua bulan terakhir. Mereka juga mengatakan akan mengizinkan bank mengambil kebijakan yang lebih besar.

Namun Qu mengatakan, “Secara keseluruhan di bulan Juli masih menyiratkan permintaan yang lemah dan pekerjaan yang lemah.” Dia kembali mengulangi rekomendasi kebijakan yang dilakukan berulang–ulang selama beberapa bulan terakhir dalam komentar yang dilampirkan dalam laporan PMI bahwa pihak yang berwenang Cina harus mengambil kebijakan pelonggaran tambahan.

Di antara sub-komponen indeks manufaktur, untuk pengeluaran mengalami ekspansif, sedangkan pesanan ekspor baru tetap mengalami kontraksi, meski pada tingkat yang lebih lambat.

Bursa Shanghai sempat bereaksi positif terhadap data PMI, sehingga indeks saham Shanghai berhasil menguat 3,15 poin (0,15 persen) ke level 2.144,55. Adapun bursa regional lainnya bergerak beragam.

Bursa Hong Kong melemah 0,09 persen, bursa Jakarta turun 0,29 persen, bursa Singapura terkoreksi 0,27 persen, serta bursa Tokyo juga susut 0,26 persen. Sedangkan bursa India menguat 0,24 persen, bursa Australia turun 0,05 persen, bursa Seoul naik 0,25 persen, serta bursa Singapura juga naik 0,65 persen.

Kekhawatiran terhadap pelambatan ekonomi global akibat krisis utang Eropa masih mendominasi perhatian investor, sehingga data manufaktur Cina yang lebih baik dari perkiraan ini tidak direspons positif oleh bursa Asia.

MARKETWATCH | VIVA B. K

Berita terkait

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

5 jam lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

9 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

4 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

5 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

9 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

9 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

9 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

11 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

12 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya