TEMPO.CO , Bandung: Laporan Badan Pusat Statistik menggambarkan kondisi pertumbuhan industri besar dan sedang di Jawa Barat melambat. Pertumbuhan produksi di Triwulan I tahun ini tercatat -1,53 persen.
”Pertumbuhan minus itu, kalau kita bilang (terjadi) pelambatan, (produksinya) turun,” kata Kepala Bidang Statistika Produksi BPS Jawa Barat Ruslan selepas rilis bulanan di kantornya, Selasa, 1 Mei 2012.
Kendati demikian, paparnya, kondisi yang terjadi Triwulan I tahun ini lebih baik dari kondisi sebelumnya. BPS mencatat pada pertumbuhan Triwulan IV 2011 tercatat lebih rendah, yakni -2,41 persen.
Rincian laporan BPS menggambarkan, pertumbuhan pada Triwulan I 2012 paling rendah terjadi pada industri barang galian bukan logam yang tercatat pertumbuhannya -71,49 persen sementara pada Triwulan IV 2011 yakni -3,69 persen. Disusul industri pakaian jadi -15,14 persen.
Sementara pada Triwulan IV 2011 tercatat 5,11 persen. Kondisi melambat juga terjadi pada Industri kertas dan barang kertas -9,2 persen sementara pada Triwulan IV 2011 tercatat -3,33 persen.
Pertumbuhan produksi positif terjadi pada industri furnitur yakni 4,02 persen setelah pada Triwulan IV 2011 tercatat pertumbuhannya 1,58 persen. Sementara laju pertumbuhan tertinggi tercatat pada industri kendaraan bermotor yang tercatat 0,27 persen setelah pada Triwulan IV 2011 tercatat melambat 11,4 persen.
Pelambatan produk industri besar dan sedang di Jawa Barat tercatat lebih rendah dibandingkan pertumbuhan nasional. Pada catatan nasionalnya, pertumbuhan produksi industri besar dan sedang Triwulan I 2012 tercatat -0,82 persen. Ruslan menduga pelambatan yang terjadi di Jawa Barat ini memberi dampak besar pada pelambatan pertumbuhan nasional mengingat konsentrasi sejumlah industri besar ada di Jawa Barat.
Ruslan menuturkan sejumlah penyebab pelambatan itu. Menurut dia, kondisi ini biasa terjadi di awal tahun ketika penyerapan anggaran pemerintah masih minim. Dia menunjuk, pertumbuhan negatif untuk Industri Barang Galian Bukan Logam yang umumnya pertumbuhannya dipicu oleh realisasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah. ”Biasanya baru kelihatan naik di Triwulan III dan IV,” katanya.
Kendati demikian, ada dugaan lain. Yakni, kata Ruslan, kemungkinan pengaruh krisis di Amerika dan Eropa yang memicu industri sengaja mengurangi produksinya. Dia beralasan, merujuk pada pertumbuhan industri barang konsumtif dari survey BPS itu yang menunjukkan itu.
Dia mencontohkan, turunnya produksi sejumlah industri yang memproduksi barang konsumtif. Ruslan mencontohkan, Industri Pakaian Jadi mengalami pelambatan. Menurut dia, dugaan itu diperkuat oleh tidak terlalu tingginya pertumbuhan positif sejumlah barang konsumtif lainnya, di antaranya industri funitur dan kendaraan bermotor.
”Akibat krisis luar negeri di Amerika dan Eropa menyebabkan permintaan kurang, sehingga pabrik pun memproduksi hanya untuk kebutuhan dalam negeri orientasinya,” kata Ruslan.
Sementara itu, Kepala BPS Jawa Barat Lukman Ismail menduga penyebab pelambatan pada industri manufaktur di Jawa Barat itu akibat produsen masih menyimpan stok barang produksinya sehingga memilih mengurangi produksi. ”Sisa (produksi) tahun lalu masih ada sehingga mengurangi produksinya di triwulan pertama,” katanya.
AHMAD FIKRI
Berita terkait
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
5 jam lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global
4 hari lalu
Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.
Baca SelengkapnyaPasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter
4 hari lalu
BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaTerpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024
4 hari lalu
Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.
Baca SelengkapnyaRektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel
6 hari lalu
Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.
Baca SelengkapnyaDi Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan
7 hari lalu
Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca SelengkapnyaKonflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen
8 hari lalu
Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.
Baca SelengkapnyaEkonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel
10 hari lalu
Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.
Baca SelengkapnyaADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?
17 hari lalu
ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik bakal mencapai angka rata-rata 4,9 persen pada tahun ini.
Baca SelengkapnyaKemenparekraf Prediksi Libur Lebaran Dorong Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen
26 hari lalu
Kemenparekraf memprediksi perputaran ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif selama Lebaran 2024 mencapai Rp 276,11 triliun.
Baca Selengkapnya