World Bank : Target Pertumbuhan 6,4 Persen Tak Pesimistis  

Reporter

Editor

Kamis, 13 Januari 2011 17:21 WIB

TEMPO/ Arie Basuki
TEMPO Interaktif, Jakarta -Bank Dunia menyatakan, angka pertumbuhan yang ditargetkan pemerintah sebesar 6,4 persen bukan pesimistis. Indonesia dinilai mampu untuk mencapai target tersebut. Namun ada beberapa prasayarat yang harus dipenuhi, yaitu mengatasi kendala infsrastruktur dan menggiatkan ekonomi domestik.

"Pertumbuhan 6,4 persen, itu bukan angka pesimistis," ujar World Bank Senior Economist for Indonesia Enrique Blanco Armas saat menanggapi ihwal pernyataan Wakil Presiden Boediono. Dalam pandangannya, angka itu sudah pantas ditetapkan pemerintah. Bank Dunia dunia sendiri menargetkan, pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product) mencapai 6,2 persen tahun ini.

Untuk mencapai pertumbuhan di level ini, pemerintah diminta untuk mengatasi kendala infrastuktur dan menggiatkan ekonomi domestik. Untuk infrastruktur ini, kata Enrique, sangat tergantung juga dengan kebijakan anggaran pemerintah 2011.

Sementara itu, Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan Wimboh Santoso menyatakan, realisasi kredit infrastruktur hingga November 2010 kemarin mencapai Rp 6,655 triliun. Dengan pertumbuhan year to date, Desember 2009-November 2010, mencapai 9,01 persen.

Ada tujuh sektor kredit infrastruktur yang dipantau. Yaitu, Jalan tol-arteri-konstruksi, kelistrikan, transportasi, telekomunikasi, minyak dan gas bumi, pengairan, air minum, dan sanitasi. "Khusus infrastruktur, itu paling banyak itu pencairannya ada di migas, kalau outstandingnya paling besar di kelistrikan," ujarnya.

Namun pernyataan Wimboh ini dibantah Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia. Sofyan menyatakan, kredit infrastruktur tidak macet. Hanya jangka waktu pencairannya memerlukan tenggat waktu tahunan. "Plafonnya sudah besar, tapi pencairannya masih relatif kecil," ujar Sofyan. Kendalanya, kata Sofyan, misal penyediaan lahan dalam pembangunan jalan tol. Kemudian proyek pelabuhan yang harus mengurus perizinan. Soal draw down atau pencairan, butuh tenggat waktu bertahun-tahun.

FEBRIANA FIRDAUS

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

15 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

2 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

7 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

7 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

7 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

10 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

11 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

13 hari lalu

Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.

Baca Selengkapnya