Acuan harga minyak untuk antaran Agustus naik US$ 1,74 di posisi US$ 70,90 per barel di perdagangan New York Mercantile Exchange, New York, Amerika Serikat. Pada Jumat (26/6) lalu, harga minyak jatuh US$ 1,07 di level US$ 69,16 per barel.
Juru bicara Shell, Precious Okolobo, memastikan serangan dan penutupan sebagian itu. Serangan yang dilancarkan oleh militan beberapa waktu lalu di kawasan utara Nigeria menurunkan tingkat produksi negara penghasil minyak mentah terbesar di Afrika itu hingga 25 persen.
Lonjakan harga minyak ini muncul meskipun sebuah laporan dari Badan Energi Internasional memprediksikan penurunan permintaan akan bahan bakar di seluruh dunia. Dari markasnya di Paris, Prancis, Badan Energi mengemukakan permintaan energi rata-rata tumbuh 0,6 persen per tahun dari 2008 hingga 2014. Pertumbuhan itu setara 89 juta barel per hari dengan asumsi perkiraan pertumbuhan ekonomi dari Dana Moneter Internasional kembali menjadi lima persen hingga 2012.
Jim Ritterbusch, Direktur Konsultan Energi dari Ritterbusch and Associates, mengatakan ada sedikit pendorong harga minyak pada saat nilai tukar dolar Amerika Serikat dan harga saham relatif datar-datar saja. "Sekarang kita mendapatkan keuntungan, namun di ujung hari kita bisa jadi kembali ke situasi yang menurun lagi," kata Ritterbusch, seperti yang dikutip kantor berita Associated Press, Senin (29/6), waktu setempat.
BOBBY CHANDRA