Nama yang Membawa Hoki

Reporter

Editor

Senin, 10 November 2008 10:13 WIB

Dianing Mahdiawaty (kanan) dan Septian Harriyoga, pembuat piala dan plakat dari Bandung. (foto: TEMPO/ Aditya Herlambang Putra)

TEMPO Interaktif, Jakarta: Delapan tahun lalu Septian Harriyoga, 31 tahun, Dianing Mahdiawaty, 27 tahun, dan tiga teman semasa kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung merintis "Java Craft".

Septian dan Dianing, yang baru bergabung pada 2004, mencoba berbisnis pembuatan barang-barang cendera mata. Namun, usaha mereka tak maju-maju.

Sampai April lalu. Waktu itu Dianing tengah melihat-lihat pameran properti di gedung Landmark, Bandung, dan bertemu dengan seorang lelaki tua, G.B. Weking. Di pameran itu Weking menjual buku-buku soal bisnis dan hoki. Niatnya membeli buku, tapi ia malah ditanya-tanyai oleh Weking soal bisnisnya.

Setelah bercerita soal Java Craft, ia disarankan mengganti usahanya dengan nama lain yang terdiri atas delapan huruf, jika ingin sukses.

Tanpa pikir panjang, akhirnya tiga hari kemudian ia mengganti nama Java Craft dengan "Cinnabar". Bisnisnya sih tetap sama: mengerjakan desain interior, cendera mata, dan elemen estetik.

Advertising
Advertising

Hasil kreasinya juga masih tetap sama, yakni memadukan unsur kayu, logam, batu, atau bahan sintetis. Ia dan suaminya pun masih berkarya di studio yang sama di Jalan Pagersari, Bojong Koneng, Bandung. Hanya namanya yang berganti.

Tapi, sejak berganti nama, pesanan seperti patung batu, logam, dan plakat memang mengalir deras. Terutama selama lima bulan terakhir. "Sejak ganti nama, kami makin maju," kata Dianing.

Tapi mengapa "Cinnabar"? Menurut lulusan Desain Interior ITB 2004 ini, Cinnabar adalah nama material pembentuk air raksa yang mengandung racun. "Jadi, kami ingin 'meracuni' orang-orang dengan produk kami, supaya balik lagi," ujar Dianing.

Septian, Dianing, dan kawan-kawan awalnya terjun ke bisnis ini hanya bermodal nekat. Jika ada pesanan, mereka akan meminta si pemesan memberi uang muka. Uang muka itulah yang dipakai sebagai modal kerja. Peralatan pun terkadang masih meminjam dari teman.

Hanya semangat dan tekad membara yang membuat Septian dan Dianing tetap bertahan. Bahkan, setelah ditinggal rekan-rekan mereka dan Java Craft sempat berantakan, keduanya tetap setia berada di jalur bisnis ini.

Septian mengenang, order pertama datang dari sebuah perusahaan rokok, senilai Rp 27 juta. Perusahaan rokok itu minta dibuatkan pisau pembuka surat dan pemberat kertas dengan kemasan kotak kayu untuk cendera mata sebanyak 60 set.

Order kedua datang dari pabrik tekstil di Purwakarta senilai Rp 15 juta. Manajemen ingin menghadiahkan pemilik pabrik yang berulang tahun ke-50 dengan plakat berlapis emas 18 karat ukuran 50 x 50 sentimeter.

Yang unik, cendera mata ini berbahan logam duralum aluminium (duralium). Bagi Septian dan kawan-kawan waktu itu, pemakaian bahan campuran aluminium dan mangan ini tergolong baru. "Sekaligus ngetes ilmu," katanya.

Ada kenikmatan, kepuasan, dan tantangan tersendiri saat membentuk duralium. Bahannya yang getas, Septian menjelaskan, enak digergaji. Serbuknya juga tidak menempel seperti aluminium. Jika diampelas, permukaannya bisa sebening kaca dan tak kusam oleh panas dan hujan.

Tapi kelemahan bahan ini adalah mudah patah jika ditekuk. "Masalah ini yang menjadi tantangan untuk kami pecahkan," katanya.

Mungkin karena merasa terus mendapat tantangan dan bisa memuaskan pelanggan, Septian dan Dianing tetap bertahan.

Apalagi pabrik tekstil di Purwakarta itu ternyata puas dan kemudian jadi pelanggan. Mereka memesan lagi plakat berlapis emas 18 karat seharga Rp 20 juta dan sepasang plakat relief pabrik dengan nilai sama. Salah satunya bahkan dipersembahkan untuk Presiden Nigeria Olusegun Obasanjo ketika bertandang ke pabrik tersebut.

Kreasi Cinnabar kini terus berkembang dan makin dikenal. Untuk menjaga kualitas, menurut Septian, pesanan hanya dibatasi 60-70 unit. Jika ada yang tetap memaksa, pemesan biasanya diarahkan ke studio workshop lain.

"Hitung-hitung bagi rezeki ke yang lain, karena teman-teman juga sering kasih order ke kami," katanya. Setiap karya juga diberi garansi. Masa berlakunya tergantung jenis produk yang dipesan.

Dianing menambahkan, mereka berusaha membuat jenis atau model sebuah produk yang berbeda satu sama lain. Jika pesanan ada yang mirip, klien ditawari ide lain karena mereka tidak menerima pesanan yang modelnya sudah pasaran.

Soal omzet, Dianing mengaku, masih di bawah Rp 100 juta per pemesanan. Yang penting, order terus mengalir. Saat ini Cinnabar tengah menyelesaikan pembuatan sepuluh lampu manekin, pesanan sebuah distro pakaian di Bandung, senilai Rp 10 juta.

Mereka juga mendapat order patung batu menhir setinggi 5 meter yang akan menandai pengoperasian sebuah hotel baru di Kota Kembang seharga Rp 21 juta. Juga pengerjaan papan nama berbahan batu andesit dan logam duralium untuk sebuah lokasi wisata di Bogor.

Ke depan, Cinnabar ingin punya ruang pamer sendiri untuk perluasan jaringan pemesan. Pemasaran lewat tebar kartu nama juga dirasakan belum cukup. Sedangkan kalau ikut pameran gratis yang diadakan pemerintah daerah, malah tak tepat sasaran. "Kami ini usaha kecil tapi dengan pangsa menengah ke atas," kata Dianing.

Anwar Siswadi

Berita terkait

Jokowi Puji 'Mama Muda' di Forum Ekonomi: Saya Senang

53 hari lalu

Jokowi Puji 'Mama Muda' di Forum Ekonomi: Saya Senang

Presiden Joko Widodo memuji perkembangan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah di tanah air.

Baca Selengkapnya

Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan

27 Februari 2024

Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan

Amartha dan Unilever Indonesia kolaborasikan jejaring usaha mikro Perempuan dengan jejaring bank sampah berbasis komunitas untuk kelola sampah plastik secara produktif dan ekonomis.

Baca Selengkapnya

Jenis dan Contoh UMKM di Indonesia yang Banyak Diminati

3 Februari 2024

Jenis dan Contoh UMKM di Indonesia yang Banyak Diminati

Keberadaan UMKM di Indonesia kian meningkat karena memiliki daya tarik tersendiri. Pahami jenis dan contoh UMKM di Indonesia yang banyak diminati.

Baca Selengkapnya

Terbitkan 7,1 Juta Nomor Induk Berusaha Via OSS, BKPM: Didominasi Usaha Mikro Kecil

31 Desember 2023

Terbitkan 7,1 Juta Nomor Induk Berusaha Via OSS, BKPM: Didominasi Usaha Mikro Kecil

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menerbitkan sebanyak 7.146.105 nomor induk berusaha (NIB).

Baca Selengkapnya

Lampaui Target, BRI Catat Business Matching Rp 1,26 T Lewat UMKM Expo

10 Desember 2023

Lampaui Target, BRI Catat Business Matching Rp 1,26 T Lewat UMKM Expo

BRI mencatat business matching antara UMKM dengan pembeli di luar negeri melalui UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur 2023 mencapai Rp 1,26 triliun.

Baca Selengkapnya

Keberhasilan Kupedes BRI terhadap Pelaku Usaha Mikro di Indonesia

15 November 2023

Keberhasilan Kupedes BRI terhadap Pelaku Usaha Mikro di Indonesia

Terus tumbuh kuat, kinerja kredit segmen mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI tercatat semakin baik pascapandemi.

Baca Selengkapnya

Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil

2 Oktober 2023

Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil

Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil

Baca Selengkapnya

Hari UMKM Nasional, BRI Tegaskan Komitmen Dukung Pembiayaan Mikro

12 Agustus 2023

Hari UMKM Nasional, BRI Tegaskan Komitmen Dukung Pembiayaan Mikro

BRI optimistis segmen mikro dapat berkontribusi sebesar 45 persen dari total portofolio pembiayaan.

Baca Selengkapnya

Pemasaran Produk UMKM, Dosen ITB: Media Sosial untuk Menyasar Target Pasar

2 Agustus 2023

Pemasaran Produk UMKM, Dosen ITB: Media Sosial untuk Menyasar Target Pasar

Pemasaran UMKM di media sosial membutuhkan kata kunci pesan untuk menyasar target pasar

Baca Selengkapnya

Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026

14 Juli 2023

Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026

Riset yang dilakukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama Ernst & Young Indonesia menemukan kebutuhan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah alias UMKM yang mencapai ribuan triliun pada 2026.

Baca Selengkapnya