TEMPO.CO, Jakarta - Perum Bulog menerima kedatangan belasan peternak yang di antaranya datang dari Bogor, Tasik, hingga Salatiga. Mereka datang untuk bertukar pikiran mengantisipasi kelangkaan stok jagung pada pertengahan tahun nanti. Bulog mengakui adanya kendala dengan penyimpanan pasokan jagung impor.
"Ada sedikit kendala terkait jagung impor. Dari 200.000 ton jagung impor masuk, kami taksir Februari terbeli habis. Jadi tidak ada yang turun mutu. Tapi sekali lagi, kami sangat memahami dan prihatin," ujar Direktur Komersial Bulog Febriyanto membuka audiensi di gedung Perum Bulog, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu, 14 Juni 2017.
Simak: Jamin Stok, Bulog Ajak Peternak Rakyat Cari Sentra Jagung
Kini, Bulog masih memiliki stok jagung sebesar 62.900 ton di gudang. Stok itu masih perlu dipilah mana yang berkualitas bagus dan mana yang tidak. Mekanisme pemilahannya sedang didiskusikan dengan pihak Kementerian Pertanian.
Peneliti Pusat Kajian Pertanian dan Advokasi (Pataka) YK Hendrapratikamenilai ketakutan peternak akan ketersediaan jagung sebagai bahan pakan ternak cukup beralasan. "Kemendag mengaku ada surplus 19 juta ton. Tapi di lapangan, bagi pelaku usaha yang terasa hanya sekitar 11 juta ton. Sisanya kemana?" ujarnya heran. Ia perkirakan pada bulan Juli nanti akan terjadi kelangkaan jagung.
Untung Suprana, peternak ayam telur dari Salatiga, mengaku tingginya harga jagung akibat kelangkaan bisa diimbangi jika harga telur bisa ikut kompetitif. "Sekarang kalau harga jagung tinggi, pemerintah bisa terima hasil produksi kami dengan baik apa tidak?" ujarnya.
Sedangkan Suwardi, peternak ayam telur dari Kendal, mengeluhkan distribusi yang tidak berimbang. Dalam kasus yang dialaminya, 200.000 ton jagung yang disebarkan Bulog malah jatuh setengahnya ke Provinsi Banten. Sentra peternakan di Jawa Timur hanya mendapat 80.000 ton. Daerah pemasok ternak lain seperti Jawa Tengah, Lampung dan Sumatra Utara hanya mendapat sisanya.
Lain lagi dengan Alvino, peternak ayam broiler dari Bogor. Ia mengaku kesulitan untuk mengolah jagung menjadi pakan ternak dengan langkanya mitra produksi (feed mill). "Kalau mau kerja sama dengan peternak takut, payung hukumnya nggak ada. Paling tidak ada surat kerja sama, siapa yang olah dan boleh berapa banyak," katanya.
Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti menyayangkan beberapa peternak sendiri ada yang melanggar komitmen beli jagung, yang menyebabkan pakan ternak itu turun mutu di gudang.
Simak:Terbukti Monopoli, PT Angkasa Pura Logistik Didenda Rp 6,5 Miliar
"Saya sadar Bulog ada kekurangan, tapi kami berupaya yang terbaik. Sekarang kita urai masalah yang mendesak. Bapak-Ibu pilih Bulog tanggung kerugian jagung yang rusak dulu atau Bulog menjamin ketersediaan pakan jagung di bulan-bulan Juni-Juli?" kata dia kepada para peternak.
Dengan adanya informasi surplus jagung, Djarot mengajak para peternak untuk turut mencari lokasi pasokannya. "Kalau peternak rakyat benar ketemu, Bulog tidak apa-apa bayar dahulu. Kalau tidak ada, saya tidak punya kewenangan untuk cari penyelesaiannya," jelasnya.
Ia menyatakan sudah menyediakan satuan tugas dan satuan kerja yang siap 24 jam untuk mengamankan ketersediaan jagung di lapangan. Begitu ada info, ujarnya, ia akan siapkan orang untuk menalangi biaya pembelian jagung dan mengirim ke peternak yang membutuhkan.
Sebelumnya, Djarot selaku pimpinan Bulog telah mengirim surat kepada Kementerian Koordinator Perekonomian untuk membuat Bulog bisa menjual jagung ke feedmill. Ini ia lakukan sebagai antisipasi agar jagung bisa disebar sebelum turun mutu di pergudangan.
AGHNI ADI | ALI HIDAYAT