TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi menyatakan penurunan harga minyak mempengaruhi investasi di sektor hulu minyak dan gas (migas).
SKK Migas mencatat nilai investasi sektor hulu migas menurun menjadi US$ 12,01 miliar pada 2016. Amien mengatakan harga minyak yang belum pulih seperti sebelum 2014 menjadi salah satu faktor penyebab utamanya. Namun penurunan investasi tak hanya dialami Indonesia, tapi juga negara lain. "Mereka di sana juga kesulitan investasi, apalagi investasi ke sini," ujarnya di Jakarta, Selasa, 16 Mei 2017.
Baca: Investasi Sektor Hulu Turun, Eksplorasi Cadangan Migas Menyusut
Amien mengingat pada 2015, setelah harga minyak turun, ia berkeliling di Batam dan mengadakan pertemuan dengan pelaku usaha pendukung industri hulu migas. Salah satu yang ia temukan adalah menurunnya level pabrikasi galangan kapal hingga 30 persen. Ia mengatakan penurunan investasi di sektor hulu migas berdampak lebih besar pada industri pendukung. Pada 2015, ia mencatat 100 ribu pekerja di industri pendukung hulu migas kehilangan pekerjaan.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan investasi sektor hulu migas di Indonesia terus menurun hingga hanya berbeda satu posisi di atas Timor Leste. Berdasarkan penelitian, ia mengatakan penyebab yang paling mendominasi adalah masalah regulasi. "Investor menilai regulasi di Indonesia tidak stabil," katanya. Selain itu, iklim politik di Indonesia tidak stabil sehingga berdampak ke regulasi.
Simak: Daerah Eksplorasi Berkurang, Investasi Hulu Migas Turun 27 Persen
Masalah kedua yang disoroti adalah insentif fiskal untuk investasi. "Pandangan mengenai insentif fiskal antara pemerintah dan investor sering kali berbeda," kata Komaidi.
Asosiasi Perminyakan Indonesia (Indonesian Petroleum Association/IPA) mencatat investasi sektor hulu migas sepanjang tahun lalu turun 27 persen dibanding tahun sebelumnya. Nilai investasi hulu migas pada 2016 hanya US$ 11,15 miliar. Angkanya jauh di bawah perolehan pada 2015 yang mencapai US$ 15,34 miliar.
Direktur IPA Marjolijn Wajong mengatakan penurunan investasi itu berpengaruh signifikan terhadap kegiatan eksplorasi untuk mencari cadangan migas baru. "Jumlah wilayah eksplorasi menyusut," kata Wajong di Jakarta, 10 Mei lalu.
Nilai investasi untuk eksplorasi tercatat hanya US$ 0,1 miliar pada 2016. Jumlah itu anjlok dibanding tahun 2014 yang mencapai US$ 1,4 miliar. Pada 2013, wilayah kerja eksplorasi mencapai 238 wilayah. Jumlah itu menyusut tinggal 199 wilayah pada 2016. Sebanyak 37 wilayah di antaranya sedang dalam proses pengakhiran kontrak. "Sekarang kami sedang krisis," katanya.
VINDRY FLORENTIN