TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah diprediksi masih stabil seiring dengan harga minyak dunia yang terus meningkat. Analis Samuel Sekuritas, Rangga Cipta mengatakan rupiah terlihat masih stabil walaupun sebagian kurs di Asia melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Dolar yang mulai melemah pada perdagangan semalam serta harga minyak mentah yang mulai naik bisa memberikan sentimen positif tambahan ke rupiah," ujarnya, dalam keterangan tertulis, Selasa, 4 April 2017.
Baca Juga: Hari Ini IHSG Berpotensi Menguat
Rupiah pada perdagangan Senin kemarin ditutup pada level 13.324. Rangga berujar inflasi Maret 2017 yang turun ke 3,61 persen (year on year) dan inflasi inti turun ke 3,3 persen (year on year) dibawah ekspektasi memberikan sentimen positif tambahan terutama ke pasar Surat Utang Negara (SUN).
Rangga menuturkan tujuan utama aliran dana asing sejak awal 2017, saat ini masih diwarnai oleh penurunan yield. Sedangkan indeks dolar AS dilaporkan menguat terbatas karena data manufaktur AS yang memburuk. "Indeks manufaktur AS yang turun terus menekan yield US Treasury," kata Rangga. Indeks dollar AS yang masih kuat disebabkan oleh pelemahan poundsterling merespon indeks manufaktur Inggris yang juga memburuk.
Yen dan euro dilaporkan menguat hingga dini hari tadi, dengan rilis data masing-masing negara yang lebih baik dari AS. "Neraca perdagangan AS per Februari 2017 ditunggu Selasa malam, defisitnya diperkirakan turun tipis," ucap Rangga.
Simak: BPS Perkirakan Inflasi Tinggi pada Mei dan Juni
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diyakini dapat breakout resistance 5.620 dalam waktu dekat. Hal ini untuk menunjukkan kenaikan menuju resistance berikut di 5.780. IHSG diprediksi sangat mungkin tertahan mendekati resisten psikologis di 5.700. Penurunan di bawah 5.520 pun disebut akan memperlama breakout 5.620.
GHOIDA RAHMAH