TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan membuka data terkait 70 cekungan atau lapisan subsurface yang mengandung hidrokarbon yang saat ini belum diangkat oleh pemerintah. Dengan dibukanya data itu, para ahli dapat meneliti cekungan-cekungan sehingga peluang ditemukannya cadangan migas baru lebih terbuka.
Menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja, terdapat sebanyak 100 cekungan migas di Indonesia. Cekungan migas yang telah dieksplorasi baru sebanyak 30 cekungan. "Ada 70 cekungan yang belum diapa-apakan," katanya di Dewan Pers, Minggu, 12 Februari 2017.
Baca Juga: Produksi dan Lifting Migas 2016 Lampaui Target
Agar 70 cekungan tersebut dapat segera ditemukan cadangan migas yang baru, menurut Wirat, data-data terkait hal itu akan dibuka oleh pemerintah sehingga dapat dianalisis oleh para ahli, terutama dari negara-negara lain. "Setelah dianalisis oleh para ahli, semoga ada cadangan-cadangan besar yang ditemukan," tuturnya.
Wirat memaparkan, beberapa negara yang sukses menerapkan sistem open data dan membuka data-data terkait cekungan-cekungan migas mereka adalah Norwegia dan Australia. "Ahli-ahli di seluruh dunia bisa melihat dan melakukan kajian. Kalau potensinya tinggi, kami harapkan investor bisa datang ke sini."
Ketua Dewan Pakar Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Benny Lubiantara mengatakan pemerintah harus mendukung investor agar terdapat penemuan cadangan migas besar-besaran. "Prospek geologi kita masih bagus. Tapi kemudahan berusaha lah yang diharapkan sehingga ada discovery," ujarnya.
Simak: Ernst & Young Indonesia Didenda di AS, Ini Tanggapan Indosat
Saat ini, terdapat cadangan migas yang diperkirakan mencapai 3,7 miliar barel dalam 70 cekungan atau lapisan subsurface. Dari cekungan-cekungan itu, 60 persen di antaranya berlokasi di laut dalam. Akibatnya, dibutuhkan dana hingga sekitar US$ 40-200 juta per sumur untuk mengeksplorasi cekungan-cekungan tersebut.
ANGELINA ANJAR SAWITRI