EMPO.CO, Jakarta - Kinerja emiten barang-barang konsumsi (consumer goods) diprediksi dapat mencatatkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih sekitar 10-13 persen sepanjang tahun ini. Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dang Maulida menuturkan kinerja emiten barang-barang konsumsi pada tahun ini bakal lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh di kisaran 9-10 persen.
Dang menuturkan kinerja perusahaan consumers goods pada 2017 akan bergantung dengan harga komoditas. Menurutnya, apabila harga komoditas pada tahun ini bergerak stabil dan membaik, maka hal itu akan berdampak bagus pada jangka panjang.
“Untuk jangka menengah 2 tahun-5 tahun, ada tiga bonus yang dapat mendukung ekonomi Indonesia yakni pertumbuhan ekonomi global, harga komoditas yang membaik dan pertumbuhan middle income,” ungkap Dang.
Indonesia sempat menghadapi pertumbuhan ekonomi sekitar 4,7 persen pada 2015 ketika harga komoditas melemah. Dang menilai pertumbuhan ekonomi masih cukup bagus karena ditopang konsumsi domestik. Pada 2017, sambungnya, valuasi saham pun bakal membaik. Mirae Asset Sekuritas Indonesia merekomendasikan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) untuk dikoleksi .
masih menurut Dang, menilai kinerja emiten bersandi saham ICBP itu terbilang paling stabil dan mampu mengejar persaingan serta mencari peluang dari momentum pemulihan ekonomi. Adapun indeks industri consumer goods pada perdagangan Kamis, 26 Januari 2017 ditutup meningkat 0,89 persen menuju level 2.381, atau telah naik 2,44 persen secara year to date. Sepanjang 2016, indeks consumer goods telah tumbuh 14,79 persen secara tahunan.
Analis PT Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo menuturkan saat ini merupakan momentum tepat untuk membeli saham barang-barang konsumsi. Menurutnya, sektor konsumer memiliki peluang untuk terus tumbuh.
Pada tahun ini, Danareksa Sekuritas merekomendasikan saham ICBP, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) di sektor konsumer. Untuk emiten milik Grup Salim, Lucky memproyeksikan saham ICBP dan INDF dapat tumbuh masing-masing 46 persen dan 41 persen sepanjang tahun ini atau menjadi Rp 12 ribu dan Rp 13 ribu.
Lucky juga merekomendasikan beli untuk saham Unilever Indonesia. Dia memproyeksi hingga akhir 2017, saham UNVR dapat bertengger di posisi Rp 49 ribu per saham, atau naik 21,89 persen secara tahunan.
Sancoyo Antarikso, Governance and Corporate Affairs Director & Corporate Secretary Unilever Indonesia, mengungkapkan pada tahun ini akan meningkatkan kapasitas pabrik, khususnya home and personal care (HPC). Menurutnya, penambahan kapasitas dilakukan seiring perbaikan daya beli masyarakat dan permintaan pasar.
Pada tahun ini, UNVR mengalokasikan belanja modal 115 juta euro untuk meningkatkan kapasitas pabrik. Berdasarkan laporan keuangan per kuartal III/2016, UNVR membukukan laba senilai Rp 4,75 triliun, atau meningkat 13,63 persen dari posisi Rp 4,18 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun penjualan bersih perseroan mencapai Rp 30,1 triliun, tumbuh 9,29 persen secara tahunan. Selain itu, beban pemasaran dan penjualan UNVR per 30 September 2016 mencapai Rp 6,01 triliun, atau meningkat 7,13 persen secara tahunan.
Penjualan UNVR di pasar domestik per 30 September 2016 tercatat mencapai Rp 28,49 triliun, atau meningkat 9,03 persen dari posisi Rp 26,13 triliun pada periode sama tahun sebelumnya. Sementara itu, nilai produk yang diekspor oleh UNVR mencapai Rp 1,6 triliun, naik 13,4 persen secara tahunan.