TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir turun pada Rabu atau Kamis pagi WIB, 17 November 2016, karena dolar Amerika Serikat menunjukkan penguatan luar biasa.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember turun 0,6 atau 0,05 persen, menjadi menetap di US$ 1.223,90 per ounce.
Pedagang mengamati dolar AS yang mendekati level tertinggi, sehingga terjadi tekanan kuat terhadap logam mulia. Indeks dolar AS naik 0,37 persen menjadi 100,51 pada pukul 18.20 GMT.
Indeks adalah ukuran dari dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama. Emas dan dolar AS biasanya bergerak berlawanan arah. Jika dolar AS naik maka emas berjangka akan jatuh, karena emas yang diukur dengan dolar AS menjadi lebih mahal bagi investor.
Namun, logam mulia dicegah dari penurunan lebih lanjut karena Dow Jones Industrial Average AS turun 80 poin atau 0,42 persen pada pukul 18.20 GMT.
Analis mencatat ketika ekuitas membukukan kerugian maka logam mulia biasanya naik, karena investor mencari tempat yang aman, sementara sebaliknya ketika ekuitas membukukan keuntungan maka logam mulia biasanya turun.
Emas diberi dukungan lebih lanjut ketika laporan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS pada Rabu menunjukkan indeks harga produsen (PPI) lebih buruk dari yang diperkirakan, datang tidak berubah selama Oktober.
Analis mencatat ekspektasi untuk pertumbuhan 0,2 persen yang merupakan ujung terendah dari kisaran konsensus. Para analis yang sama mencatat bahwa bagian laporan energi mencegah angka PPI mencapai angka negatif.
Selain laporan-laporan ekonomi pada Rabu, laporan indeks harga konsumen, rumah baru dibangun (housing starts), klaim pengangguran mingguan, Survei Prospek Bisnis Federal Reserve Philadelphia akan dirilis pada Kamis, dan terakhir beberapa pejabat Federal Reserve dijadwalkan akan berbicara pada Jumat, 18 November 2016.
Perak untuk pengiriman Desember turun 11,6 sen atau 0,68 persen menjadi ditutup pada US$ 16,927 per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 11,8 dolar AS atau 1,26 persen menjadi ditutup pada US$ 946,50 per ounce, demikian laporan Xinhua.
ANTARA