TEMPO.CO, Kediri - Rencana pemerintah menghentikan penjualan bahan bakar jenis Premium mulai terasa di daerah. Semua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah Keresidenan Kediri menghentikan penjualan Premium kepada pengecer dan menggantinya dengan Pertalite.
Secara bertahap, satu per satu SPBU di Kabupaten Tulungagung dan Kediri mulai menolak melayani penjualan Premium kepada para pengecer yang membawa jeriken. Mereka baru dilayani jika membeli Pertalite untuk dijual di kios dagangan secara eceran. “Ini untuk mengurangi peredaran dan ketergantungan masyarakat terhadap Premium,” kata Ketua Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Kediri, David Tompo, Rabu, 22 Juni 2016.
Meski secara resmi penghentian layanan penjualan Premium untuk pengecer diberlakukan mulai 15 Juni 2016, tak semua SPBU melakukannya serentak. Akibatnya, masih banyak pedagang eceran yang menjual Premium dalam kemasan botol di pinggir jalan. Namun, mulai hari ini, hampir semua kios eceran di Kota Kediri memajang botol biru berisi Pertalite.
David menjelaskan, penghentian penjualan Premium kepada pengecer merupakan bagian dari rencana penghapusan Premium pada 2019. Karena itu, jauh-jauh hari, masyarakat mulai dibiasakan mengkonsumsi Pertalite untuk kendaraan dengan iming-iming sejumlah keuntungan. Selain irit, kadar oktannya lebih tinggi dibanding Premium. Ini akan membuat performa mesin lebih maksimal. “Selisih harganya cuma Rp 450 per liter,” tutur David.
Dari segi bisnis, penghapusan Premium justru menguntungkan pemilik SPBU karena disparitas atau laba penjualannya lebih besar. Selama ini, Premium yang dibanderol pemerintah seharga Rp 6.450 per liter hanya menyisakan sedikit keuntungan bagi pengusaha.
David juga memastikan kebutuhan BBM, baik jenis Premium, Pertalite, maupun solar, tak akan langka hingga Lebaran. Semua distribusi BBM ke SPBU, yang semula dilakukan di Surabaya, kini dialihkan ke Malang dan Madiun dengan kapasitas penjualan lebih besar.
Bagus, operator SPBU di Jalan Dr Saharjo Kota Kediri mengatakan penghentian penjualan Premium untuk pengecer ini secara perlahan mulai meningkatkan penjualan Pertalite. Masyarakat yang enggan mengantre panjang di mesin pompa Premium banyak yang beralih di mesin pompa Pertalite. “Antrean Premium panjang karena pengecer tak lagi menjualnya,” ucapnya.
Sementara itu, menurut pantauan Tempo, mulai hari ini, nyaris tak ada satu pun kios eceran yang menjual Premium. Mereka rata-rata memajang botol biru berisi Pertalite dengan harga bervariasi, antara Rp 7.500-8.000 per botol. Beberapa kios yang tak mengetahui larangan pembelian Premium di SPBU terpaksa tutup.
HARI TRI WASONO