TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo menilai bank-bank badan usaha milik negara (BUMN) baru bangkit setelah munculnya bank-bank swasta. Menurut Presiden, orang Indonesia memang harus diberi pesaing, baru bisa bangkit dan menang dalam kompetisi industri.
"Tahun 1975, yang namanya BRI, BNI, Mandiri, dulu belum Mandiri, tapi Bank Exim, BBD. Saya ingat karena sering diajak orang tua saya ambil uang di bank. Kayak birokrasi zaman dulu, jam satu, jam dua sudah pulang," kata Jokowi saat bertemu dengan pelaku industri jasa keuangan di Istana Negara, Jumat, 15 Januari 2016.
Setelah diberi pesaing berupa bank swasta, kata Jokowi, seluruh bank BUMN itu mau tidak mau harus meningkatkan kinerja agar bisa bersaing. Alhasil, seluruh pegawai di bank BUMN jadi pulang jam sepuluh hingga jam dua belas malam.
"Tipikal orang kita kalau diberi pesaing baru bangun. Dihadapkan pada persoalan baru bangkit. Dulu batik tidak ada yang pakai, begitu ada negara lain yang pakai, semua pakai batik. Bank itu begitu ada pesaingnya baru bangun," katanya.
Persaingan itu, kata Jokowi, justru membuat bank-bank BUMN itu tumbuh besar saat ini, bahkan lebih besar dari bank swasta. Seringkali Indonesia khawatir karena dilindas oleh asing karena liberalisasi. "Tapi, ternyata BRI keuntungan tahun lalu Rp 24 triliun, paling gede keuntungannya. Mandiri Rp 19 triliun. Swasta kalah," katanya. Ia mengatakan setelah ada pesaing kinerja bank BUMN menjadi jauh lebih baik dan mengalahkan bank swasta.
Siang tadi Presiden Jokowi menghadiri pertemuan tahunan Otoritas Jasa Keuangan dengan pimpinan industri jasa ueuangan di Istana Negara. Sejumlah menteri kabinet kerja juga menghadiri pertemuan seperti Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Sofjan Djalil dan petinggi OJK.
ANANDA TERESIA