TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menyatakan pada Ahad 29 November lalu ia sempat mengunjungi PT Freeport Indonesia untuk menemui Presiden Direktur Maroef Sjamsoeddin. Kepada wartawan Tito bercerita bahwa bos Freeport tertarik untuk divestasi saham lewat mekanisme penawaran saham perdana (IPO).
“Intinya dia bertanya, proses IPO itu gimana sih? Memungkinkan enggak? Kan saya katakan memungkinkan. Dan beberapa kemungkinan saya ceritakan, cara-caranya, kesepakatan kepada siapa mereka jual saham, minta ijin ke OJK, sah,” kata Tito saat ditemui di Bursa Efek Indonesia pada Rabu 2 Desember 2015.
Dalam kesepakatan itu Tito juga menceritakan apa saja manfaat yang bisa dinikmati langsung oleh Indonesia apabila Freeport melantai di bursa. Maroef juga bertanya apakah mungkin bila pembelian saham hanya dibatasi untuk orang Indonesia saja. Lalu Tito menjawab mungkin, bahkan Pemda Papua juga dimungkinkan bisa masuk.
Tito juga menceritakan kepada Maroef bahwa IPO adalah jalan terbaik agar terjadi pemerataan pendapatan kepemilikan, dan hasilnya bisa digunakan untuk kesejahteraan rakyat Papua. “Saya katakan di sana, supaya rakyat Indonesia dan rakyat Papua menikmati secara khusus, berikan kesempatan BPJS, Jamsostek, Taspen, Asabri dan Dana Pensiun atau Asuransi Rakyat Papua.”
Menurut Tito, IPO merupakan cara transparan agar bisa dinikmati secara merata. Selain itu atas persetujuan investor, sistem juga bisa dilakukan log untuk menghindari komposisi kepemilikan saham beralih ke pihak lain sebelum jangka waktu yang ditentukan.
“Saya katakan (ke Maroef) Itu bisa saja namanya Log. Bisa, itu permintaan dari perseroan biasanya. Lalu perseroan bisa meminta kepada kliring, tolong di log up, bisa. Tapi atas persetujuan dari investornya sendiri. Ada satu bank yang memberikan bonus kepada pegawainya. Lalu log-up 2-3 tahun. Pegawainya menyetujui itu, boleh itu. Tapi satu, transparansi diumumkan ke publik,” kata Tito.
Kepada Maroef, Tito juga mengatakan IPO akan lebih baik cepat dilakukan mengingat saat ini di TV sedang ribut tentang kasus “Papa Minta Saham” yang bisa membuat Freeport menjadi batal untuk melakukan divestasi saham. “Kemungkinan ada keputusan politik membuat mereka tidak bisa IPO, mungkin saja. Ini kalau saya lihat IPO cara yang paling bagus, pemerataan, pendidikan, perawatan, pemerataan, pendapatan melalui pemilikan ya. Buat Papua, rakyat Indonesia, di masa depan, pensiunan polisi, pensiunan tentara, paling bagus melalui pelepasan saham."
DESTRIANITA K.