TEMPO.CO, Cirebon - PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) berencana membangun pabrik bioethanol di sekitar perkebunan tebu di Pabrik Gula Rajawali II Unit Jatitujuh, Majalengka Jawa Barat. "Investasi diperkirakan sekitar Rp 200 miliar," kata Direktur Utama RNI Didik Prasetyo saat menerima kunjungan Menteri BUMN Rini Soemarno di Cirebon, Jumat, 16 Oktober 2015.
Didik mengungkapkan, dari dana investasi Rp 200 miliar itu, sekitar Rp 4 miliar untuk biaya pengkajian dan perijinan dan sisanya untuk pembangunan pabrik. Pabrik bioethanol berkapasitas 50 kiloliter per hari tersebut ditargetkan bisa berproduksi mulai tahun 2018.
Baca Juga:
Untuk kualitas, kata Didik, nanti produknya akan setara dengan kualitas BBM berkadar alkohol 99 persen. Lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan mencapai 12 ribu hektare.
Pembangunan pabrik bioethanol ini, kata Didik, dimaksudkan untuk memanfaatkan produk sampingan dari pabrik gula. Selain itu juga agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap gula rafinasi.
Terkait pendanaan, Didik yang baru menjabat Dirut RNI sejak Juni 2015 ini mengatakan, pembiayaan sedang dalam tahap kajian. "Skema pembiayaan sedang dipertimbangkan. Bisa dari internal perusahaan, sejalan dengan peningkatan kinerja keuangan yang signifikan dalam setahun ke depan. Namun bisa juga diperoleh dari mitra kerja sama."
Ia pun menargetkan, setahun setelah mulai beroperasi tahun 2018, produksi gula bisa mencapai 59.791 ton, dengan harga pokok produksi (HPP) gula dapat ditekan menjadi Rp 5.655 per kilogram.
Secara keseluruhan, RNI memiliki 18 pabrik gula dengan rata-rata rendemen gula berkisar di atas 7,8%. Total produksi gula RNI pada tahun 2015 meningkat dari 318 ribu ton menjadi 358 ribu ton, atau meningkat sekitar 40 ton dari tahun 2014. "Pabrik gula yang sudah ada di Jati Tujuh tetap dikembangkan, tetapi terintegrasi dengan bioethanol dan pembangkit listrik sebagai penunjang utama produksi," ujar Didik.
MAYA AYU PUSPITASARI