TEMPO.CO, Jakarta - Upacara peringatan hari ulang tahun PT Kereta Api Indonesia (KAI) ke-70 digelar di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir H Juanda, Jalan Laswi, Bandung, Senin, 28 September 2015. Mantan Direktur Utama KAI yang kini Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, memimpin acara tersebut.
Upacara serupa juga dilakukan di semua daerah operasi kereta api di seluruh Indonesia sebagai bagian akhir dari rangkaian perayaan ulang tahun. “Sebelumnya, beberapa hari lalu, kami mengadakan bakti sosial ke panti asuhan yatim-piatu. Ada pula acara gerak jalan sehat,” kata Bambang S. Prayitno, juru bicara perusahaan tersebut, saat dihubungi, Senin, 28 September 2015.
Bertepatan dengan hari ulang tahun ini, perseroan meluncurkan dua produk baru, yakni train ticketing machine atau TTM (prototype) dan digital book berjudul Jejak Kenangan Kereta Api di Jawa. Peluncuran dua produk baru tersebut dilakukan Direktur Utama KAI Edi Sukmoro.
TTM merupakan mesin dalam bentuk vending machine yang dapat mengeluarkan tiket secara otomatis. Fasilitas ini menambah daftar layanan pemesanan dan pembelian tiket yang sudah ada.
Baca juga:
Cerita Astiah Sekeluarga yang Lolos dari Sergapan Api
Aneh, Kampus Ini Terima 50 Mahasiswa dan Luluskan 500 Orang
Sedangkan digital book tersebut mengupas tentang sejarah perkeretaapian di Indonesia. Mulai rencana pembangunannya pada pemerintahan kolonial Belanda hingga saat ini. Buku digital ini disajikan dalam format PDF full interactive dengan fitur pinch to zoom yang dilengkapi dengan audio video dan foto-foto yang menarik sehingga tidak membosankan pembaca.
Pada usianya yang genap tujuh dekade, ujar Bambang, perusahaan operator perjalanan kereta api ini tidak henti-hentinya berinovasi demi kepuasan masyarakat, khususnya pengguna jasa. Perseroan terus berkomitmen untuk berinovasi demi meningkatkan pelayanan.
“Kami sangat mengapresiasi kesetiaan para pelanggan yang selama ini sudah memilih kereta api sebagai moda transportasi favorit,” tutur Bambang.
INGE KLARA SAFITRI
Simak juga:
Jelang Kunjungan FIFA, Menpora Siap Beri Dukungan
Kenapa Perbatasan Jakarta-Bekasi Disebut Biang Macet?