TEMPO.CO, Jakarta - Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini berpotensi krisis. Jika tak segera mengambil langkah komperhensif, bukan tak mungkin Indonesia akan mengalami krisis.
"Kami sampaikan hasil kajian dari tim ekonomi Muhammadiyah. Kondisi saat ini memang belum termasuk krisis tapi bisa berpotensi krisis," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, usai bertemu Presiden Joko Widodo, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa 22 September 2015.
Menghadapi kondisi tersebut, Haedar meminta agar masyarakat tetap optimistis bahwa Indonesia bisa keluar dari situasi ini. "Kami mengapresiasi paket kebijakan I yang baru saja diluncurkan."
BERITA MENARIK
Foto Gayus Tambunan di Restoran, Benarkah Ada Kembarannya?
Dikepung Sandiaga, Marco, dan Adhyaksa, Ahok Bakal Kalah?
Presiden Joko Widodo meluncurkan tiga paket kebijakan untuk merespons kondisi ekonomi global. Paket bernama September I berisi upaya pemerintah mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi, debirokratisasi, penegakan hukum, dan peningkatan kepastian usaha; mempercepat implementasi proyek strategis dengan menyederhanakan izin, mempercepat pengadaan barang, serta memperkuat peran kepala daerah; dan meningkatkan investasi di sektor properti.
Selain kondisi ekonomi, Muhammadiyah juga menyampaikan keprihatinan mereka tentang kebakaran lahan. Menurut Haedar, selain butuh konservasi, hutan juga harus direkonstruksi agar bisa dikelola dengan baik.
SIMAK PULA
Bocah Kelas II SD Tewas Dirisak, Disdik DKI: Gurunya di Mana?
Lulung Lunggana: Saya Ogah Diadu Lagi dengan Ahok
Dalam pertemuan dengan Jokowi, Muhammadiyah juga menyampaikan tentang hasil Muktamar yang ke-47 lalu di Makasar. Saat bertemu dengan Jokowi, Haedar juga ditemani oleh beberapa pengurus Muhammadiyah, di antaranya, Sekretaris Umum Abdul Mu'ti, Ketua Muhammadiyah Dahlan Rais, dan Yunahar Ilyas. Istri Hedar, Siti Noordjannah yang juga Ketua Umum PP Aisyiyah, juga tampak dalam rombongan tersebut.
FAIZ NASHRILLAH