TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepala Bulog Divisi Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Langgeng Wisnu Adinugroho mengatakan distribusi beras untuk rakyat miskin dipercepat sebagai antisipasi terjadinya musim kemarau panjang tahun ini. Hingga bulan ini, distribusi beras yang kini disebut beras sejahtera itu sudah mencapai 95 persen.
“Puncak paceklik diperkirakan terjadi Desember nanti,” ucap Langgeng, Selasa, 8 September 2015.
Untuk mempercepat distribusi, ujar Langgeng, penyaluran kuota beras periode Oktober dan Desember 2015 dilakukan bersamaan. Beras bersubsidi tersebut ditujukan kepada 288 ribu kepala keluarga, yang masing-masing menerima 15 kilogram beras. Pemerintah menjual beras jenis medium tersebut seharga Rp 1.600 per kilogram dengan nilai subsidi Rp 6.600 per kilogram.
Menurut Langgeng, pemerintah telah mengalokasikan beras sejahtera sebanyak 4.325 ton per bulan untuk mengantisipasi dampak terjadinya El Nino. Meski akan terjadi paceklik, Bulog menjamin stok beras untuk enam bulan ke depan. Di gudang Bulog saat ini tersedia stok sebanyak 22.819 ton.
Selama musim kemarau, produksi padi ikut menurun. Pada puncak musim panen kedua, Bulog hanya mampu menyerap 700 ton beras per hari. Menurunnya produksi padi, tutur Langgeng, membuat harga beras di pasar ikut naik. “Musim panen kedua pada tahun ini tidak sebaik panen pertama,” katanya.
Langgeng berujar, setiap hari, Bulog membeli beras dari petani sebanyak 200-300 ton. Jumlah beras kualitas medium yang diserap Bulog dari petani sebanyak 36 ribu ton dari target penyerapan 55 ribu ton. Sedangkan beras kualitas premium yang diserap 1.400 ton. Bulog membeli beras medium sebesar Rp 8.250, premium Rp 9.000 dan Rp 9.250, dan super Rp 9.750 per kilogram.
Petani penggagas pertanian terpadu Joglo Tani di Sleman, Suprapto, menuturkan Yogyakarta tahan terhadap ancaman paceklik akibat El Nino. Sebab, tidak semua lahan pertanian akan mengalami kekeringan. Ia menyebut hanya sebagian petani di Gunungkidul yang mengalami kekeringan. “Secara keseluruhan, DIY surplus beras,” ucap Suprapto.
Ia meminta petani memanfaatkan air yang ada, di antaranya dengan tidak membuang air setelah mencuci beras. Dalam jangka panjang, petani diminta menanam pohon berbatang keras, seperti beringin, di daerah yang dekat dengan sumber mata air. Selain itu, penggunaan pupuk organik penting agar tidak merusak tanah pertanian.
SHINTA MAHARANI