TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta pihak swasta ikut dalam pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt dalam lima tahun ke depan. Keikutsertaan swasta dinilai perlu karena pemerintah tidak sanggup membangun sendirian. "Butuh Rp 400-500 triliun untuk membangun. APBN tentu tidak kuat," katanya di kantor pusat PT Perusahaan Listrik Negara, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Kamis, 12 Maret 2015.
Kalla menilai pembebanan target pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt itu kepada PLN akan memperlambat realisasi rencana tersebut. Solusinya, menurut JK, pemerintah membagi beban tersebut, yaitu 10 ribu megawatt ke PLN dan 25 ribu megawatt ke swasta. "Makanya di-mix," ujarnya.
Menurut Kalla, proyek pembangunan pembangkit listrik bertujuan memenuhi kebutuhan listrik masyarakat yang terus meningkat. JK berharap dalam tiga tahun mendatang harus ada pembangkit listrik baru berdaya 10 ribu megawatt. "Kalau tidak, ketinggalan."
Salah satu pihak swasta yang tertarik dengan proyek ini adalah PT General Electric Indonesia. Kepala Eksekutif PT General Electric Indonesia Handry Satriago mengatakan berminat terlibat dalam proyek ini. "Kami sedang menjajaki bagaimana bentuknya, spektrumnya kan luas," katanya di Bale Soto Restaurant, Selasa, 10 Maret 2015,
Menurut Handry, bentuk keterlibatan GE dalam proyek tersebut adalah menjual peralatan untuk pembangkit, seperti turbin dan generator. Namun, kata dia, jika cuma menjual alat, kontribusi pendapatannya belum tentu signifikan. Karena itu, GE Indonesia mungkin turut membangun pembangkit listrik dengan bekerja sama dengan perusahaan lain.
Berpartner dengan perusahaan lokal maupun asing, menurut Handry, harus dilakukan GE karena perusahaan itu tidak punya keahlian dalam membangun pembangkit listrik. Keahlian yang dimiliki GE adalah membuat peralatan semacam turbin atau generator. Handry belum mau menyebutkan detail rencana GE untuk terlibat dalam proyek listrik 35 ribu megawatt ini. "Kami akan berkontribusi secara signifikan, sebanyak yang bisa kami lakukan," ujarnya.
Meski belum ada tanda-tanda megaproyek listrik ini berjalan, Handry yakin kontribusi GE akan tetap terwujud. Menurut dia, terlalu dini untuk menilai kemajuan proyek ini karena pemerintah baru enam bulan bekerja. "Beberapa peraturan juga sudah memungkinkan banyak pihak untuk terlibat," katanya.
KHAIRUL ANAM | AMIRULLAH