Menurut Dahlan, kontaktor sudah melakukan kelalaian dan kecerobohan dalam bekerja karena salah satu alat beratnya menghantam interbus di Pembangkit Listrik Muara Karang, Jakarta Utara. Akibat rusaknya interbus itu PLN tidak bisa memproduksi listrik 700 mega watt. Untuk Jakarta sendiri dari Pembangkit Listrik Muara Karang membutuhkan 500 mega watt. Artinya 18 persen wilayah Jakarta padam.
"Alatnya tidak mahal, tapi kekecewaan orang luar biasa. Sementara kita (PLN) menjanjikan listrik baik, terus jadi begini, kan saya malu," ujarnya.
Akibat kejadian ini Dahlan belum menghitung berapa kerugian yang dialami PLN. "Kerugiannya bisa dikalikan sendiri," ujarnya.
Sampai siang ini Dahlan mendapat laporan kalau mati lampu di Jakarta hanya berlangsung 3 jam. Sementara alat yang mengalami kerusukan sudah bisa diatasi. "Alat yang satu sudah hidup, yang satunya hampir hidup. Untuk masalah klaim saya masih minta rumusannya. Kita juga minta foto bukti," ujarnya.
Terkait kerusakan dan pemadaman listrik Dahlan meminta pihak kontaktor meminta maaf melalui media. "Saya minta besok mereka pasang iklan minta maaf. Semua ini kesalahan mereka," ujarnya.
Dahlan mengatakan tidak ada pengalihan beban listrik dari gardu induk Muara Karang ke gardu induk lain untuk untuk mengatasi listrik padam di Jakarta. Hal itu karena infrastruktur di Muara Karang tidak memadai untuk dilakukan pengalihan beban.
Pekan lalu Dahlan dan direksinya sudah melakukan rapat internal untuk membahas tentang gardu induk Muara Karang. Salah satu yang dibahas adalah mencari solusi kalau terjadi gangguan di Muara Karang tidak terjadi pemadaman di Jakarta. "Salah satu keputusan yang diambil adalah, kita harus membangun namanya loop," ujarnya.
Loop merupakan semacam kabel yang menghubungkan gardu induk satu dengan gardu induk lain. Panjang loop yang dibutuhkan menurut Dahlan adalah 6 km."Untuk memasang loop membutuhkan waktu 9 bulan. Kalau loop ini sudah jadi, jika di Muara Karang mati listrik bisa diambil dari tempat lain," katanya.
DANANG WIBOWO