Padahal pada 2008 pendapatan perseroan naik 34,7 persen menjadi Rp 1,05 triliun sedangkan laba bersihnya meroket 102,8 persen menjadi Rp 272,1 miliar. Tahun lalu, perseroan juga tak memberikan dividen untuk membiayai ekspansinya. "Mudah-mudahan tahun depan kami bisa membagikan dividen," kata Hiramsyah.
Pasalnya, pendapatan ditargetkan bisa bertambah sekitar 30 persen menjadi Rp 1,35 triliun. Naiknya pendapatan Bakrieland, kata Hiramsyah, didukung oleh rampungnya beberapa proyek besar seperti Bakrie Tower, Pullman Bali Legian Nirwana, dan jalan tol ruas Kanci-Pejagan.
Ia juga memperkirakan, meski kondisi pasar properti relatif melemah, suku bunga acuan yang cenderung turun bakal membuat penjualan proyek perumahan perseroan bisa bertahan. Bagaimanapun, tutur Hiramsyah, laba bersih Bakrieland sepertinya tak akan jauh bergeser dari angka tahun ini. Sebab, agaknya tak ada lagi kejadian di luar kebiasaan seperti pembelian 30 persen saham Bakrieland senilai US$ 110 juta oleh Limitless Holdings Pte. Ltd tahun lalu.
Sekretaris Perusahaan Bakrieland Nuzirman Nurdin menambahkan, tak dibaginya dividen sebetulnya tak begitu dicemaskan investor yang menanamkan modalnya di perseroan. "Bakrieland adalah saham properti paling likuid di Bursa Efek Indonesia, sehingga mayoritas investor mengincar keuntungan dari perdagangan di lantai bursa, bukan dari pembagian dividen," ucap dia.
BUNGA MANGGIASIH