TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo berharap komponen belanja pemerintah dapat menjadi stimulus utama untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi, khususnya belanja pemerintah yang berhubungan langsung dengan pemerintah.
"Pengeluaran pemerintah baik melalui infrastruktur dan subsidi non-energi yang ditargetkan," ujarnya di Kompleks BI, Thamrin, Jakarta, Kamis, 24 Agustus 2017.
Baca: Penting, Sri Mulyani Jelaskan Pertumbuhan Ekonomi 2017 ke DPR
Dengan demikian, kata Agus, pemerintah harus terus meningkatkan kualitas dan penyerapan anggaran serta mengoptimalkan investasi infrastruktur dan pembelanjaan subsidi non-energi, seperti bantuan sosial. "Hal ini juga perlu didukung dengan reformasi pendapatan, yaitu optimalisasi rasio perpajakan dan memastikan keberlanjutan dari utang pemerintah," ucapnya.
Dari sisi moneter, menurut Agus, perekonomian dunia saat ini masih tidak menentu sejak krisis keuangan global pada 2008 lalu. Dia mengatakan banyak negara yang masih belum sepenuhnya pulih dari krisis sehingga pertumbuhan ekonomi global pun belum dapat bergerak cepat.
Simak: BPS: Pertumbuhan Ekonomi di Triwulan II 2017 Capai 5,01 Persen
"Namun di tengah situasi ini ekonomi Indonesia bisa terjaga stabil, inflasi juga terjaga rendah," katanya. Pertumbuhan ekonomi pada semester pertama 2017 pun tercatat 5,01 persen. Agus menuturkan kondisi ini kemudian membuat pihaknya memutuskan menurunkan suku bunga acuan BI 7-Days Repo Rate 25 basis poin (bps) dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen pada Selasa lalu.
"Inflasi yang rendah dan stabil ini memberikan ruang untuk tingkat suku bunga yang lebih rendah, dan nanti dapat menyebabkan biaya yang lebih murah," tuturnya. BI juga memangkas suku bunga deposito dan pinjam masing-masing menjadi 3,75 persen dan 5,25 persen.
Agus berharap penurunan suku bunga yang dilakukan dapat mendorong perekonomian nasional menjadi lebih baik dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun ini.
GHOIDA RAHMAH