TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan terjadi inflasi 0,22 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) 130,00 pada Juli 2017. Kepala BPS Suhariyanto berujar angka tersebut didasari pemantauan yang dilakukan lembaganya di 82 kota. dengan 59 kota mengalami inflasi dan 23 kota mengalami deflasi.
“Inflasi terkendali dengan adanya normalisasi pasca-Lebaran,” katanya saat jumpa pers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Selasa, 1 Agustus 2017.
Dengan adanya inflasi Juli 0,22 persen, Suhariyanto menambahkan, maka inflasi tahun kalender Januari hingga Juli 2017 sebesar 2,60 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun terhadap Juli tahun lalu 3,88 persen.
Baca: BPS: Inflasi Bulan Puasa dan Lebaran 2017 Terendah Sejak 2014
Bila dibandingkan dengan Juli tahun lalu yang mencapai 0,69 persen, inflasi Juli 2017 terpantau lebih rendah. Namun inflasi tahun ke tahun terpantau lebih tinggi dengan nilai tahun lalu 3,21 persen. “Namun perbandingan dengan Juli 2016 itu tidak apple-to-apple dengan adanya pergeseran Ramadan dan Lebaran,” ujarnya.
Suhariyanto menyebutkan kelompok yang paling besar menyebabkan inflasi adalah kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,62 persen mengingat dimulainya kembali aktivitas pendidikan setelah libur sekolah. Adapun komoditas yang memberi andil inflasi adalah uang sekolah dasar dan menengah atas serta tarif bimbingan belajar.
Simak: BPS: Inflasi Mei Sebesar 0,39 Persen
Selanjutnya, ujar dia, inflasi juga disebabkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,57 persen serta kelompok bahan makanan 0,21 persen. Padahal BPS mencatat beberapa bahan pokok, seperti bawang putih, daging ayam ras, beras, dan cabai merah, mengalami deflasi.
BPS mencatat penyesuaian tarif listrik yang dilakukan pemerintah pada bulan lalu sudah tidak lagi mempengaruhi inflasi pada bulan ini. “Tarif listrik sudah habis dampaknya terhadap inflasi,” ucapnya.
Begitu pula dengan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami deflasi 0,08 setelah melalui periode Ramadan dan Lebaran. Tarif angkutan antarkota dan tarif kereta api memberi andil deflasi masing-masing 0,03 persen dan 0,01 persen, sementara tarif angkutan udara masih memberi andil inflasi 0,04 persen.
“Jadi inflasi 0,22 persen lebih disebabkan adanya kenaikan untuk makanan jadi dan faktor biaya pendidikan,” tuturnya.
CAESAR AKBAR | WAWAN PRIYANTO