TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Roeslani menyakini secara umum bisnis retail masih baik. Hal ini dikatakan saat ditanya mengenai kondisi bisnis retail setelah tutupnya semua gerai 7-Eleven di Indonesia.
"Masih baik, tapi memang bisnis modelnya (7-Eleven) saja yang kurang pas," kata Rosan saat ditemui di rumah dinas Menteri Perindustrian di Kompleks Widya Chandra, Jakarta, Ahad, 25 Juni 2017.
Sebelumnya, PT Modern Internasional Tbk mengumumkan bakal menutup semua gerai 7-Eleven di bawah manajemen anak usahanya, PT Modern Sevel Indonesia mulai 30 Juni 2017. Direktur PT Modern Internasional Chandra Wijaya menuturkan penutupan semua gerai ini karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki perseroan untuk menunjang kegiatan operasional gerai 7-Eleven.
Keterbatasan sumber daya tersebut terjadi setelah batalnya rencana akuisisi aset dan bisnis 7-Eleven dari PT Modern Sevel Indonesia kepada PT Charoen Pokphand Restu Indonesia. "Per 30 Juni 2017, semua gerai 7-Eleven di bawah manajemen PT Modern Sevel Indonesia yang merupakan salah satu entitas anak perseroan akan menghentikan kegiatan operasionalnya," ujar Chandra seperti dikutip dari keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, Jumat, 23 Juni 2017.
Lebih jauh, menurut Rosan, tutupnya semua gerai 7-Eleven itu akibat bisnis model yang tak cocok dengan kondisi di Indonesia. Akibatnya, margin yang tipis dan volume penjualan yang rendah membuat mereka tutup.
Sedangkan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Adhi S Lukman memperkirakan pertumbuhan industri retail akan berat di tahun ini. Dalam hitungannya, pertumbuhan industri retail di tahun ini tak sebaik tahun lalu.
Adhi berharap target pertumbuhan industri retail tahun ini adalah 10 persen. Alasannya, turunnya industri retail akan berdampak pada industri makanan dan minuman. "Outlet (untuk) penjualan berkurang, kira-kira begitu," ucap Adhi saat ditemui di tempat yang sama.
DIKO OKTARA