TEMPO.CO, Lamongan- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Anak Agung Gde Ngurah Puspayoga meminta Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, mengembangkan industri olahan dari tanaman jagung. Alasannya, pengembangan industri jagung berpotensi memberikan nilai tambah dan membuka lapangan kerja baru.
"Kalau jagung dijual apa adanya rupiahnya bisa dihitung, namun kalau sudah dalam bentuk industri olahan, nilai tambahnya jauh lebih banyak," ujar Puspayoga dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu, 29 April 2014. Puspayoga ikut panen raya jagung di Lamongan.
Baca: Menteri Amran Janjikan April 2017 Produksi Jagung Melimpah
Puspayoga ditemani Wakil Ketua Komisi IV DPR Viva Yoga Mauladi, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto, Dirrektur Jen Pembangunan Kawasan Perdesaan Kementerian Desa, Johozua M. Yoltuwu, dan Bupati Lamongan H Fadeli.
Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesi (APJI), Sholahuddin, mengatakan Kabupaten Lamongan berpotensi mengekspor jagung ke Malaysia sekitar 500 ribu ton pada 2017. Jumlah ini bisa ditingkatkan karena potensi lahan cukup luas dan berpengalaman dalam modernisasi penanaman jagung. “Setiap tahun bisa tanam jagung dua kali,” ujarnya.
Bupati Lamongan H. Fadeli menjelaskan, produktivitas petani jagung di kawasan pertanian modern Desa Banyubang, Kecamatan Solokuro, meningkat. Jumlahnya semula 5,8 ton per hektare melonjak menjadi 10,6 ton - 11, 4 ton per hektare. Peningkatan itu terlihat dalam panen di kawasan seluas 100 hektare, dengan jenis rata-rata produktivitas jagung hibrida.
Fadeli menjelaskan, terdapat 20 varietas jagung hibrida yang diujicoba dengan 5 varietas di antaranya adalah jenis unggulan. Menurut dia, varietas ini mampu menghasilkan produktivitas paling rendah 8 ton dan tertinggi mencapai 11,4 ton per hektare. “Jika budidaya jagung dilakukan secara modern, hasilnya ternyata luar biasa," katanya.
ARKHELAUS W.