TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan pelemahan rupiah yang terjadi selama beberapa hari belakangan masih dalam kondisi wajar.
“Kalau seandainya melemah itu masih dalam kondisi wajar. Saya lihat masuknya dana dari luar negeri ke Indonesia masih tetap bagus hingga 21 April,” katanya di Bank Indonesia, Jumat, 28 April 2017.
Baca Juga:
Baca: Analis Prediksi Kurs Rupiah Pekan Ini Masih Perkasa
Pada penutupan perdagangan valuta asing kemarin, berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah ditutup melemah 21 poin atau 0,15 persen ke level Rp 13.299 dari hari sebelumnya Rp 13.278. Sedangkan pada perdagangan hari ini, rupiah masih melemah 0,21 persen atau 28 poin ke level Rp 13.327.
Agus menuturkan, hingga pekan ketiga April 2017, jumlah dana yang masuk ke Indonesia Rp 96 triliun, meningkat 26,31 persen dari periode yang sama tahun lalu Rp 76 triliun. “Jadi masuknya dana cukup besar. Seandainya dengan kondisi gejolak, itu kondisi yang wajar. Misalnya, perkembangan dunia yang masih harus diobservasi,” ujarnya.
Agus menambahkan, hal yang sempat menjadi perhatian terhadap fluktuasi nilai tukar adalah harga komoditas. Terlebih harga minyak sempat jatuh US$ 50 per barel karena stoknya di Amerika Serikat lebih dari cukup dan kilang minyak di Libya kembali berproduksi. “Jadi hal-hal seperti itu secara umum berpengaruh ke kurs kita. Namun nilai tukar kita tetap apresiasi selama 2017 dan 2016, juga ada apresiasi 2,3 persen dan yang sekarang ada di kisaran 1,5 persen
sejak Januari 2017," ucapnya.
Baca: Situs Telkomsel Diretas, Manajemen Minta Maaf ke Pelanggan
Selain itu, menurut Agus, kondisi current account deficit masih terkendali di kisaran 1,8 persen dari PDB. Namun ia memperkirakan, current account deficit pada 2017 sedikit membesar di kisaran 1,9 persen dari PDB. “Nilai tukar kita kan fleksibel dan mencerminkan fundamental kita, serta cadangan devisa terus meningkat, terakhir US$ 121,8 miliar dibanding awal 2016 sebesar US$ 105 miliar. Ini membangun confident terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tuturnya.
DESTRIANITA