TEMPO.CO, Jakarta – Indeks harga saham gabungan atau IHSG pada perdagangan Selasa, 15 November 2016, dibuka di teritori positif, naik tipis 5,74 poin atau 0,11 persen ke level 5.121,47.
Sebelumnya, IHSG pada perdagangan sehari sebelumnya ditutup koreksi 2,2 persen atau di 5115,739.
Pada Selasa, pukul 09.05 WIB, berdasarkan pantauan di RTI Business, indeks sempat turun ke level terendah 5.091,93. Namun, tak berapa lama, indeks kembali menguat 19,88 poin atau 0,39 persen ke level 5.135,62.
Sebanyak 117 saham menguat, 44 saham melemah, 61 saham stagnan, dan sisanya tidak diperdagangkan dari sebanyak 538 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Di bursa saham Asia, Indeks Nikkei Jepang dan Indeks Shanghai Cina masih berada di teritori negatif masing-masing melemah 0,19 persen dan 0,02 persen ke level 17.638,85 dan 3.209,66.
Sedangkan Indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,64 persen ke level 22.365,01, dan Indeks Strait Times Singapura menguat 0,43 persen ke level 2.799,18.
Analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, menuturkan, kondisi pasar saham global yang bervariasi dan masih meningkatnya risiko pasar emerging market membuat pergerakan IHSG hari ini diperkirakan akan bervariasi dalam rentang konsolidasi.
David memperkirakan IHSG berpeluang menguat secara teknikal dan bergerak dengan support di 5.080 dan resistan di 5.170.
"Dengan dukungan kenaikan harga di sejumlah saham unggulan perbankan, otomotif, dan telekomunikasi," ujar David.
Tekanan jual masih mendominasi perdagangan saham kemarin, yang terkena imbas kekhawatiran meningkatnya yield obligasi negara Amerika Serikat yang berdampak menguatnya dolar AS dan melemahnya mata uang emerging market, termasuk rupiah.
Meningkatnya risiko pasar emerging market seiring melonjaknya yield obligasi AS tenor 30 tahun yang mencapai 3 persen kemarin, tertinggi sejak Januari, mengantisipasi kebijakan ekonomi presiden terpilih Donald Trump yang akan meningkatkan belanja pemerintah di sejumlah proyek infrastruktur.
Spekulasi atas kenaikan belanja pemerintah akan memicu inflasi dan mempercepat kenaikan tingkat bunga di AS. Inilah yang memicu naiknya risiko capital outflow di emerging market. Penjualan bersih asing di pasar saham kemarin mencapai Rp 1,96 triliun.
Koreksi ini menandai koreksi selama dua hari perdagangan terakhir hingga 334,57 poin atau 6 persen. Saham perbankan, infrastruktur, konsumsi, dan properti menjadi motor penurunan IHSG.
DESTRIANITA