TEMPO.CO, Semarang - Industri pengolahan kayu setengah jadi untuk produk furnitur ataupun dinding ramah lingkungan atau biasa disebut barecore di wilayah Jepara sedang lesu. Pelaku usaha mebel dan furnitur, Andang W. Triyanto, mengatakan saat ini ekspor produk tersebut mengalami penurunan yang drastis.
“Akibatnya, pabrik-pabrik kayu barecore mulai merumahkan sebagian pekerjanya karena minimnya permintaan, terutama dari pasar Taiwan dan Cina,” kata pengurus Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) itu, Selasa, 7 Juni 2016.
Selama ini, Jepara banyak memiliki industri kayu barecore yang tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Tahunan, Bangsri, Mlonggo, Batealit, dan Kalinyamatan. Sektor usaha pabrik barecore di Jepara menyerap banyak tenaga kerja. Jumlah pekerja yang bekerja di pabrik kayu barecore sekitar 1.500 orang. Menurut Andang, saat ini tercatat sudah ada lima perusahaan yang menutup pabriknya atau tidak beroperasi seiring dengan lesunya ekspor kayu barecore ke Taiwan dan Cina.
Jumlah pekerja di lima perusahaan itu 300-400 orang. Dari jumlah itu, separuhnya dirumahkan. Sedang separuhnya lagi masih dipekerjakan. Namun bukan lagi di pabrik kayu barecore, melainkan di perusahaan mebel lain milik pengusaha yang sama.
Saat ini suplai barecore di Indonesia sudah mencapai kisaran 6.000 kontainer per bulan. Sedangkan permintaan dari Cina dan Taiwan hanya 3.000-4.000 kontainer per bulan. Tiap meter kubik barecore saat ini hanya mampu terjual di bawah harga US$ 235. Padahal, idealnya, harga jualnya US$ 285-300 per meter kubik.
Menurut Andang, sektor barecore yang produksinya banyak bertumpu pada mesin mulai eksis di Jepara sekitar lima tahun lalu. Pemilik barecore lazimnya memiliki pabrik mebel lain yang lebih dulu dioperasikan dan hingga kini masih eksis.
Pekerja barecore yang memiliki keahlian tertentu dipekerjakan di pabrik mebel lainnya itu. “Jadi tak semuanya dirumahkan,” ucapnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jepara Yoso Suwarno mengakui pihaknya masih mendata jumlah pekerja yang terkena imbas lesunya ekspor kayu barecore. “Kami juga mulai memetakan peluang lain, seperti diversifikasi produk yang bisa digarap,” katanya. Pemerintah Jepara juga sedang membantu mencari negara-negara lain untuk pemasaran barecore.
ROFIUDDIN