TEMPO.CO, Bojonegoro -- Produksi minyak di lapangan Sukowati, Bojonegoro dan Mudi, Tuban, Jawa Timur, yang dikelola Join Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB-PPEJ) menurun. Sempat mengalami produksi puncak hingga 69.704 barel perharinya, kini melorot hingga 15.556 barel perharinya.
Field Manager JOB-PPEJ Sugeng Setiono menilai kondisi di sumur minyak Lapangan Sukowati dan Mudi tersebut wajar karena sudah dieksploitasi cukup lama. “Ya, kan minyak sudah terangkat,” ujarnya pada Tempo dalam sebuah acara diskusi antara JOB-PPEJ dengan jurnalis di Bojonegoro Rabu 1 Juni 2016.
Data di JOB-PPEJ menyebutkan, lapangan minyak di Desa Mudi Rahayu, Kecamatan Soko, Tuban, mulai diproduksi Februari 1998 silam. Sumur minyak berlokasi sekitar 55 kilometer dari Kota Tuban itu, sempat mengalami puncak produksi hingga 25.000 barel perharinya.
Sedangkan sumur minyak di Lapangan Sukowati Kecamatan Kota Bojonegoro dan Kecamatan Kapas, Bojonegoro mulai diproduksi pada Februari 2004 silam. Puncak produksi sumur minyak berjarak sekitar tujuh kilometer Kota Bojonegoro ini, sempat mencapai 46.389 barel perharinya.
Sugeng menjelaskan, proses penurunan produksi minyak di sumur minyak Mudi dan sumur minyak Sukowati, terjadi perlahan. Dari produksi awal hingga sekarang sudah berjalan sekitar 18 tahun lamanya. Pada saatnya, kontrak antara Pemerintah dengan Petrochina akan habis, tepatnya Februari 2018. Sedangkan kepemilikan saham, Pemerintah dalam hal ini Pertamina sebesar 75 persen dan Petrochina sebesar 25 persen.
Jika produksi minyak di JOB-PPEJ menurun justru sebaliknya yang terjadi di Blok Cepu, tepatnya di sumur minyak Banyuurip, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro. Sumur minyak yang dikelola Exxon Mobil Cepu Limited ini, mengalami tren naik hingga sekarang 185 ribu barel perharinya. “Produksi kita naik,” ujar Vice President Public and Goverment Affairs Exxon Mobil Cepu Limited Ltd Erwin Maryoto pada Tempo dacara kunjungan Wakil Presiden Yusuf Kalla di Bojonegoro, Selasa 17 Mei 2016 lalu.
Menurut Erwin , bahwa terkait dengan produksi minyak, itu tergantung dengan kebijakan Pemerintah. Apakah tetap dengan angka produksi sebesar 185 ribu barel perhari atau lebih. Sebab, sesuai dengan plan of development (POD), sumur minyak di Banyuurip, Blok Cepu, produksinya 165 ribu barel perharinya.
Sebelumnya Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur bakal menerima dana bagi hasil minyak dan gas bumi (DBH) Migas dari Pemerintah Pusat, sebesar Rp 800 milar untuk tahun 2016 ini. Dana sebesar itu bisa konsisten jika harga minyak mentah dunia berada di kisaran Rp 40 dolar Amerika perbarelnya.
Menurut Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (BPKKD) Kabupaten Bojonegoro, Ibnu Suyuthi, penerimaan DBH Migas tahun 2016 tidak sesuai perkiraan. Nilainya bisa naik turun mengikuti harga minyak mentah dunia yang berubah-ubah.”Perkiraannya sekitar Rp 800 miliar,” ujarnya pada Tempo Senin 22 Mei 2016.
SUJATMIKO