TEMPO.CO, Semarang - Pengusaha padi dan beras menuding banyaknya alih fungsi lahan pertanian menyebabkan kebutuhan beras dalam negeri tak bisa dipenuhi.
“Lahan pertanian semakin kurang akibat pembangunan. Padahal banyak lahan bagus untuk pertanian tapi dialih fungsi untuk industri,” kata Ketua Komunitas Pengusaha Padi dan Beras (KPPB) Endro Sulistiyono saat musyawarah nasional KPPB di Kota Semarang, Minggu, 29 Mei 2016.
Endro mengaku tak punya data valid tentang berkurangnya lahan produksi. Namun, katanya, kebutuhan beras nasional selalu berkurang dan membuat pemerintah selalu mengimpor. Alasan lain, menurut Endro, sebab kualitas beras yang masuk Bulog masih kurang bagus karena banyak yang patah (menir). “Karena saat ini kualitas padi saat musim tanam pertama tahun 2016 ini kurang baik,” ujarnya.
Endro meminta agar pemerintah ikut bertanggung jawab menyiapkan produksi beras lokal agar tak redup dalam pasar persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN. "Agar tak redup di tengah banjir pangan murah MEA,” katanya.
Menurut Endro, produksi beras lokal saat ini punya prospek lebih baik, apalagi harga pembelian pemerintah lebih tinggi dari harga pasaran, yang mencapai Rp 7.300 per kilogram dan gabah kering giling Rp 3.700 per kilogram.
Kepala Bidang Pengadaan Bulog Divre Jawa tengah Ismoyo Dwijantoro menyatakan beras petani Jawa Tengah dipastikan mampu memenuhi kebutuhan daerah. Hal itu dibuktikan dengan sudah tersedia dari proses pengadaan hingga Mei ini mencapai 50,8 persen. “Realisasi hingga 28 Mei sudah 256.826 ton, 50,8 persen,” kata Ismoyo.
Menurut Ismoyo, target penyerapan beras di Jawa Tengah tahun ini sebanyak 505 ribu ton, sedangkan beras komersial 110 ribu ton. Ismoyo yakin pengadaan yang dilakukan di Jawa Tengah mudah tercapai karena mendapat dukungan TNI sebagai pengawal yang bersinergis dengan petani.
“Program perluasan tanam hasil produksi sinergis Babinsa Koramil membantu. TNI mendorong dengan cara membina agar gabah jangan dibeli tengkulak,” kata Ismoyo.
Ismoyo yakin Jawa Tengah tak akan mengimpor beras karena selalu surplus setiap tahun. “Apa lagi petani sedang bersemangat menanam padi karena merasakan hasil jual, ke Bulog harganya lebih baik,” ujar Ismoyo.
EDI FAISOL