TEMPO.CO, Jakarta - Menerjuni bisnis peralatan musik bukan perkara gampang. Apalagi bila alat musik itu masih terdengar asing di telinga publik, seperti alat musik perkusi Cajon.
Alat musik yang berasal dari Peru ini baru dikenal luas oleh para drumer di Indonesia pada 2010. Namun produksi dalam negeri yang bisa memenuhi kebutuhan Cajon masih bisa dihitung.
Adalah Ryan Ade Pratama (28) yang melihat peluang bisnis pembuatan alat musik Cajon. Pria lulusan Sastra Belanda Universitas Indonesia ini mencoba peruntungan nasib berbisnis alat musik Cajon pada 2010 setelah melihat permintaan para drumer yang terus meningkat. Awalnya Ryan hanya membuat empat Cajon yang dijual kepada teman-teman komunitas drum.
Karya Ryan mendapat sambutan positif. Ia lantas meningkatkan jumlah produksi Cajon. Pada 2011 Ryan mulai memasarkan brand Koning Percussion untuk produknya.
Permintaan Cajon buatan Ryan terus meningkat, dan ia mengaku mengalami kesulitan permodalan. Pada 2014, ia mencoba mengikuti kompetisi wirausaha Diplomat Success Challenge (DSC)—sebuah program corporate social responsibility (CSR) PT Wismilak Inti Makmur Tbk. DSC memberi hadiah dana dalam bentuk hibah dengan total nilai Rp 2 miliar untuk pemenang.
Ryan bersyukur produk alat musik Cajon menjadi salah satu pemenang. “Masalah modal langsung terpecahkan, karena sebagai salah satu pemenang program ini, saya mendapat hibah dana, bukan pinjaman," ucap Ryan dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Selasa, 26 April 2016.
Ryan juga mendapat bantuan bimbingan bagaimana mengelola usaha yang baik. Semua pemenang program DSC Wismilak memang mendapat pendampingan manajemen usaha selama satu tahun.
Hal ini juga dijelaskan oleh Surjanto Yasaputera selaku Chief Board of Commissioner Diplomat Success Challenge, “Kami ingin memastikan keberhasilan para wirausahawan muda yang memenangkan kompetisi DSC," ucapnya.
Ryan kini mampu memproduksi hingga 200 unit Cajon per bulan. Ia merasa sangat bersyukur karena perkembangan bisnisnya diapresiasi masyarakat.
Kini bisnis Cajon Ryan sudah tersebar luas ke seluruh Tanah Air. Gerainya saat ini mencapai 30 titik di seluruh Indonesia, kecuali Papua, dengan omzet per bulan mencapai Rp 150 juta rupiah. Bahkan beberapa toko musik besar sudah menjadi mitra bisnisnya antara lain PT HLS Musik, PT Sincere Musik, PT Premier Musik, Chic’s Music, Queen Musik Solo, dan Istana Musik Medan.
SETIAWAN ADIWIJAYA