TEMPO.CO, Surabaya – Pemerintah Provinsi Jawa Timur membawa dua delegasi dalam UK-Indonesia Business Forum yang dihadiri Presiden RI Joko Widodo di London, Inggris, Rabu, 20 April 2016. Dua delegasi itu terdiri atas rombongan lima pengusaha Jawa Timur yang dipimpin Ketua Kamar Dagang dan Industri Surabaya Jamhadi dan Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Hadi Prasetyo.
Khusus delegasi kerja sama dan investasi, Jawa Timur membawa beberapa target yang ingin dicapai dalam pertemuan itu. “Tujuannya jelas untuk meningkatkan perdagangan,” ujar Hadi Prasetyo saat dihubungi, Minggu, 17 April 2016.
Menurut dia, tiga target yang akan dibahas berkaitan dengan perencanaan pengembangan investasi Inggris di provinsi paling timur Pulau Jawa itu.
Pertama ialah implementasi smart city di dua kota, yakni Malang dan Kepanjen. Alasannya, Pemerintah Provinsi Jawa Timur sedang mengembangkan bandara baru di Purboyo, Malang. “Mereka punya teknologi tinggi dan kemampuan dalam perencanaan tata ruang,” katanya.
Untuk itu, Jawa Timur juga bakal menggandeng Inggris dalam investasi pengembangan wilayah pantai utara, yaitu di Kabupaten Lamongan. Lamongan didesain sebagai pusat logistik berikutnya guna menyangga Surabaya-Sidoarjo-Gresik yang kini menjelma menjadi kota megapolitan.
Sehingga, pihaknya tengah menyusun wacana pemindahan bandara dan beberapa infrastruktur pendukung ke Lamongan. Inggris bakal diminta bantuan dalam hal perencanaan, termasuk pengembangan wilayah bandara, tata ruang, industri, dan lain-lain untuk mendukung pusat logistik. “Itu namanya Lamongan North Coast Development Programme. Kalau Inggris ikut dilibatkan, harapannya nanti hasilnya bisa dipercaya investor-investor dunia,” kata Hadi.
Misi ketiga berkaitan dengan pengembangan kabupaten Sidoarjo sebagai airport city. PT Angkasa Pura I, kata Hadi, berencana membangun airport city seluas 4.500 hektare. Sehingga, pihaknya mengundang Inggris agar turut serta mengembangkan penataan industri di sekitarnya, seperti Pantai Timur Sidoarjo dan Kota Sidoarjo itu sendiri.
Terutama pada pengolahan limbah air. Sebab, Sidoarjo telah menjadi daerah industri besar dan kuat. Maka, ujar Hadi, waste water management atau pengolahan limbah air harus kuat pula. “Biasanya kalau mereka yang ikut menyusun rencana, nanti terus investor di bidang waste management akan datang.”
Meski bakal melibatkan investor, Hadi menjamin tenaga lokal tetap akan berkontribusi. Ia menyebutkan, alih teknologi menjadi perhatian utama agar sumber daya manusia (SDM) lokal terdongkrak menuju standar internasional. “Tentu kalau jadi ada investasi yang direncanakan Inggris dan mereka memiliki dana besar, tetap harus melibatkan tenaga lokal Jawa Timur.”
Menurut dia, penyusunan tata ruang merupakan dokumen politik dan putra Indonesia lah yang berhak 100 persen menyusunnya. Bila investor Inggris dilibatkan, kata Hadi, semata-mata agar Negeri Ratu Elizabeth itu mau berinvestasi lebih banyak ke Jawa Timur. “Mereka bisa melakukan regional development study untuk meyakinkan masa depan investasi mereka. Tapi, bukan ikut menyusun RTRW,” ujarnya.
ARTIKA RACHMI FARMITA