TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengungkapkan alasan Dewan Gubernur BI menurunkan BI Rate menjadi 6,75 persen. Menurut dia, ruang pelonggaran kebijakan moneter masih terbuka lebar. Stabilitas makroekonomi pun, kata dia, masih terjaga.
"Khususnya karena terus menurunnya tekanan inflasi pada 2016 dan 2017," kata Tirta di Gedung Thamrin, Kompleks Bank Indonesia, Kamis 17 Maret 2016.
Baca Juga:
Tirta juga mengatakan, ketidakpastian pasar keuangan global semakin mereda. Hal itu terjadi karena terdapat kemungkinan naiknya suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed yang lebih bertahap. Pada 16 Maret kemarin, target suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sebesar 0,25-0,50 persen dipertahankan. "FFR diperkirakan baru akan meningkat di semester 2016 dengan besaran kenaikan yang lebih rendah," tuturnya.
Kebijakan suku bunga negatif di Jepang dan Uni Eropa, ujar Tirta, juga meredakan ketidakpastian keuangan global. Masih lemahnya prospek perekonomian dan rendahnya inflasi di Eropa dan Jepang mendorong Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Jepang terus melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter. "Baik melalui injeksi likuiditas maupun kebijakan suku bunga negatif.”
Pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan I 2016, kata Tirta, juga berpotensi membaik ditopang oleh konsumsi dan investasi pemerintah. "Pada triwulan I, belanja modal pemerintah year on year (yoy) 300 persen, sementara itu belanja barang pemerintah yoy 60 persen,” ucapnya.
Indeks keyakinan konsumen juga membaik. “Hal-hal tersebut membuat pertumbuhan triwulan I di atas 5,1 persen," ujar Direktur Eksekutif Kebijakan Moneter BIYudha Agung Agung Agung Agung menambahkan.
Selain itu, menurut Tirta, neraca perdagangan pada Februari juga surplus, yakni sebesar US$ 1,15 miliar. Peningkatan tersebut, kata dia, ditopang oleh kenaikan surplus neraca non migas, seperti ekspor perhiasan dan produk-produk dari besi dan baja. Neraca migas pun tercatat surplus setelah pada bulan lalu defisit. "Kami perkirakan, defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan I sedikit lebih baik, sekitar 2,6-2,7 persen," ujar Yudha.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada hari ini memutuskan menurunkan tingkat suku bunga acuan Bank Sentral (BI Rate) ke level 6,75 persen atau turun 25 basis poin (bps). Suku bunga Deposit Facility juga turun menjadi 4,75 persen dan suku bunga Lending Facility turun menjadi 7,25 persen. Keputusan itu sendiri diambil menyusul masih terbukanya ruang pelonggaran kebijakan moneter yang sejalan dengan terjaganya stabilitas makroekonomi.
ANGELINA ANJAR SAWITRI