TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan tak ada pilihan lain untuk membuka investasi di Tanah Air bagi asing. Menurut dia, agar maju, sebuah negara tak bisa lagi mengandalkan komoditas mentah, seperti yang terjadi di Indonesia saat ini.
"Kalau begini terus, Vietnam akan datang mendahului," ujar Darmin di Batam, Senin, 14 Maret 2016.
Pernyataan Darmin langsung disanggah oleh Menteri Perdagangan Thomas Lembong. Dia berujar, saat ini Indonesia sudah cukup terpuruk di regional Asia Tenggara. "Terus terang saja, Vietnam sudah melewati kita," kata Lembong di tempat dan waktu yang sama.
Menurut Lembong, keberhasilan Vietnam dan Filipina diraih saat harga komoditas sedang bagus-bagusnya beberapa tahun lalu. Saat itu mereka putar otak agar selamat dari kehancuran ekonomi dengan membuka investasi negaranya. Sedangkan Indonesia, ujar Lembong, bisa dikatakan lengah karena dimanjakan oleh tingginya harga minyak dan bahan mentah.
Akibatnya, kata Lembong, saat ini ekspor nonmigas kedua negara tersebut sudah melampaui Tanah Air. Jika Indonesia bisa ekspor US$ 140 miliar, Vietnam sudah menembus lebih dari US$ 150 miliar. Padahal dalam satu dekade terakhir, ekspor Vietnam hanya sepertiga dari Indonesia.
"Kita tidak siap saat harga komoditas hancur seperti saat ini," katanya. Karena itu, dia bersama Menteri Darmin sedang berfokus menarik investasi luar negeri untuk menunjang industri dalam negeri. Salah satunya memperbanyak kawasan ekonomi khusus.
"Di Filipina, KEK ada 300, kita baru punya delapan," ucapnya. Batam, kata Lembong, merupakan wilayah potensial untuk dijadikan KEK. Karena itu, dalam waktu dekat pemerintah memutuskan mengubah sebagian wilayah Batam menjadi KEK, tanpa merusak skema free trade zone yang ada selama ini.
ANDI IBNU