TEMPO.CO, Jakar - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan peristiwa gerhana matahari total telah menarik minat wisatawan domestik dan mancanegara. "Belitung mengalami peningkatan dari 10 ribu wisatawan, menjadi 50 ribu orang, karena gerhana. Ini efek pencapaian dari pemasaran wisata yang diterapkan secara kreatif," kata Arief di sela-sela kunjungan kerja soal pariwisata di Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Rabu, 9 Maret 2016.
Gerhana matahari total, kata Arief, bukan peristiwa baru bagi Indonesia. Fenomena ini pernah terjadi pada 1983. Tetapi saat itu, pemerintah justru mencegah masyarakat untuk menyaksikan gerhana. Dengan kata lain, gerhana matahari pernah dipandang sebagai sesuatu yang tidak bisa dijual sebagai produk wisata.
"Kita katakan kejadian ini pernah terjadi, tapi tidak kita capitalize, dimanfaatkan sebagai paket mempromosikan potensi wisata," kata dia.
Tetapi, lanjut dia, setelah pemerintah mempromosikan gerhana matahari hasilnya memuaskan dan berhasil meningkatkan kunjungan wisatawan luar negeri dan domestik. Salah satu tolok ukur keberhasilan proses pemasaran yang baik adalah gerhana matahari menjadi topik populer di media sosial tingkat dalam negeri dan mancanegara.
Belitung dan Palu, kata dia, juga menjadi terkenal di dunia maya dan termasuk paling diperbincangkan di dunia maya karena gerhana matahari total.
Arief mengatakan dirinya sangat takjub dengan kebesaran Tuhan saat melihat gerhana. Perasaan campur aduk juga menghampiri berikut terharu dan merinding. "Betapa agungnya Tuhan," katanya.
Gerhana matahari total, kata dia, memiliki nilai-nilai kebaikan dan pengalaman yang tidak bisa begitu saja dilewatkan. "Kalau kita datang ke lapangan tentu berbeda dengan melihatnya dari televisi. Kalau di lapangan kita dapat sensasinya. Ada yang bertepuk tangan, mengucap subhanallah, Allahu akbar, mengucapkan kebesaran Tuhan. Kalau kita nonton di televisi getaran konsentrasi itu kurang. Ini baik untuk anak-anak baik secara spiritual dan ilmu pengetahuan," kata dia.
ANTARA