TEMPO.CO, Surabaya – Provinsi Jawa Timur mengalami deflasi sebesar 0,10 persen pada bulan Februari 2016 lalu. Angka itu lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional sebesar 0,09 persen. “Bulan Februari 2016 kemarin harga-harga barang dan jasa di Jawa Timur mengalami penurunan dibandingkan bulan Januari," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Teguh Pramono kepada wartawan di kantornya, Selasa, 1 Maret 2016.
Teguh menjelaskan, kelompok pengeluaran penyumbang deflasi tertinggi di Jawa Timur adalah transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,53 persen. Lalu kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,38 persen. “Yang terakhir adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,21 persen," kata dia.
Tarif angkutan udara juga memiliki andil, karena mengalami penurunan harga sesuai kepurusan Kementerian Perhubungan terhadap tarif batas atas dan tarif batas bawah bagi kelas ekonomi sebesar 5 persen.
Dari 6 kota besar di pulau Jawa, deflasi tertinggi terjadi di kota Semarang sebesar 0,30 persen. Surabaya menempati urutan keempat sebesar 0,11 persen. Sementara di Jawa Timur, kota Kediri mengalami deflasi tertinggi yakni sebesar 0,33 persen.
Meski begitu, terdapat 2 kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi di bulan Februari 2016. Yakni kelompok sandang sebesar 0,88 persen, serta makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,42 persen.
Baca juga: Rokok Jadi Penyumbang Inflasi Terbesar di Yogyakarta
Teguh menambahkan, meski Jawa Timur mengalami deflasi, masyarakat terdorong membeli emas dan perhiasan. Walhasil, kelompok barang sandang ini mengalami inflasi tertinggi bulan lalu.
Padahal logikanya, kata Teguh, emas dan perhiasan bukan barang kebutuhan primer yang seharusnya tak terlalu dipentingkan untuk dibeli. Menurutnya, ada dua kemungkinan kenapa emas dan perhiasan mengalami kenaikan harga di bulan Februari 2016.
"Pertama adalah mungkin emas sudah menjadi fashion atau tren penampilan di masyarakat. Kedua, sebagian masyarakat kita nampaknya masih suka menabung dalam bentuk emas,” ujar dia. Sehingga, suatu saat dapat dicairkan menjadi uang untuk membayar kebutuhan pokok seperti biaya sekolah anak.
Deflasi yang terjadi di Jawa Timur pada Februari 2016 ini merupakan yang kedua kalinya dalam 11 tahun terakhir. Sebelumnya, deflasi juga terjadi di bulan februari 2015 sebesar 0,52 persen.
ARTIKA RACHMI FARMITA