TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan atau IHSG hari ini diprediksi menguat. Menurut analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, kondusifnya pasar saham global tadi malam dan harga minyak mentah yang berhasil bertahan di atas US$ 30 per barel akan memberikan ruang penguatan bagi pergerakan IHSG.
"IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 4610 hingga 4680, berpeluang menguat," ujar David Sutyanto dalam siaran tertulisnya, Jumat, 26 Februari 2016.
Bursa global tadi malam berhasil rebound setelah hari sebelumnya terkoreksi tajam. Indeks Eurostoxx di kawasan Euro menguat 1,4 persen di 16.140,34 setelah tekanan harga minyak reda dan data inflasi kawasan Euro Januari 2016 hanya mencapai 0,3 persen (YoY) di bawah estimasi 0,4 persen.
Laporan laba korporasi turut mengangkat minat beli. Lemahnya angka inflasi di kawasan tersebut memicu spekulasi ECB yang akan mendorong stimulus lanjutan pada pertemuan Maret.
Di Wall Street, indeks DJIA dan S&P berhasil menguat masing-masing 1,3 persen dan 1,1 persen tutup di 16.697,29 dan 1.951,70. Pasar tidak terpengaruh gejolak di pasar saham Cina.
Harga minyak mentah, yang menguat 2,7 persen di US$ 33,02 per barel dan data pesanan barang modal di Amerika Serikat Januari lalu, yang tumbuh 1,8 persen (mom) di atas perkiraan 0,2 persen (mom), memicu kembali aksi beli di aset berisiko.
"Pasar saat ini tengah menanti hasil pertemuan G20 di Cina akhir pekan ini, yang diharapkan bisa mengatasi problem perlambatan ekonomi global," ujar David.
Sementara itu, perdagangan saham kemarin di Bursa Efek Indonesia berlangsung kurang bergairah. IHSG hanya bergerak dalam rentang terbatas dan tutup flat di 4.658,323.
Penguatan IHSG kemarin tertahan menyusul minimnya insentif positif dan buruknya pergerakan pasar saham kawasan Asia. Ini menyusul anjloknya indeks Shanghai Composite hingga 6,4 persen akibat kekhawatiran pengetatan likuiditas. Sentimen individual terkait dengan rilis laba 2015 sejumlah emiten turut mempengaruhi pergerakan IHSG.
DESTRIANITA K