TEMPO.CO, Jakarta - Tingginya minat investasi pengembangan bisnis hotel di Solo diharapkan bisa diimbangi dengan kemampuan pemerintah daerah dalam mendorong pertumbuhan tingkat kunjungan.
General Manager Sunan Hotel Solo Retno Wulandari menilai, jumlah pasokan dan permintaan kamar hotel sudah tidak seimbang. Terlebih lagi, perlambatan ekonomi yang terjadi pada tahun lalu dan pembatasan kegiatan rapat dari institusi pemerintahan turut menekan pertumbuhan bisnis perhotelan di Solo.
Tidak menyebut besaran pastinya, Retno mengaku tingkat okupansi hotel pada tahun lalu menurun signifikan. Pada tahun ini, dia menilai iklim bisnis masih cenderung tidak mengalami banyak perubahan.
"Kami harapkan pemerintah kota dapat melakukan terobosan dan cara-cara agar jumlah kunjungan ke Solo dapat tumbuh. Seharusnya Jokowi effect bisa bekerja, mungkin banyak orang yang penasaran dengan tempat kelahiran Presiden," tuturnya kepada Bisnis, Kamis, 25 Februari 2016.
Beberapa hal yang dapat didorong, usulnya, mengembangkan destinasi wisata baru di Solo seperti Museum Angkut di Malang. Selain itu, terobosan baru pada pelaksanaan berbagai event, promosi ke luar negeri, hingga pengembangan infrastruktur penerbangan.
Di sisi lain, pelaku usaha perhotelan juga perlu kreatif dalam usaha meningkatkan kunjungan ke hotelnya.
General Manager Urban Resort Alila Solo Eleonore Astier-Petin menilai Solo sebagai bagian dari wilayah Jawa Tengah yang mempunyai ciri khas sebagai kawasan yang kaya dengan sejarah dan kebudayaan Jawa, mulai dari kerajinan batik hingga musik gamelan.
Alila merupakan brand internasional hotel bintang 5 yang memulai operasinya di Solo sejak akhir tahun lalu. "Pemda perlu untuk terus meningkat profile dari Kota Solo, untuk meningkatkan kunjungan. Pasar di Jawa Tengah sangat terbatas dan selama ini fokus pada wilayah Yogyakarta. Perlu diversifikasi, dan Solo bisa menjadi pilihan," ungkapnya.
Meskipun memiliki banyak potensi untuk dijual, dia menuturkan, persaingan bisnis hotel di Solo cukup ketat, karena jumlah pasokan akan kembali mengalami peningkatan dengan hadirnya hotel-hotel baru. Selain dituntut kreatif dalam menyusun berbagai kegiatan di hotel, peran pemda sangat dibutuhkan.
Untuk memacu tingkat okupansi, Alila berencana menggelar berbagai acara seperti konser atau pameran setiap bulannya. Pada bulan ini, dua konser yang mendatangkan Michael Learns to Rock dan Christian Bautista telah digelar. Ke depan, hotel berencana akan menggelar konser Agnes Monica serta beberapa acara pameran lainnya.
"Tingkat okupansi kami saat ini jika dibandingkan hotel lain memang masih rendah. Tapi kami berharap pada akhir tahun ini bisa mencapai 50%. Posisi yang kami ambil berbeda dengan hotel yang berada di Solo saat ini, karena tarif kamar lebih tinggi sampai 50% dibanding hotel lainnya. Kami menawarkan kualitas, fasilitas, dan pelayanan," ungkapnya.
Senada, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng Heru Isnawan menilai dibutuhkan upaya untuk meningkatkan pasar-pasar baru. Selain itu, dia berharap pemda dapat lebih selektif dalam memberikan perizinan terhadap rencana penambahan hotel baru. Seperti di Kota Semarang, dia mengatakan jumlah hotel sudah sangat banyak, dan tidak diimbangi dengan peningkatan permintaan.
"Pertumbuhan hotelnya tidak seimbang dengan pertumbuhan kunjungan. Kemudahan perizinan turut menjadi tantangan tersendiri," ujarnya.