TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT. Djakarta Lloyd (Persero), Arham S. Torik memaparkan rencana menengah dan jangka panjang perusahaannya di Restoran Tesate, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 25 Januari 2016. Menurut Arham, Djakarta Lloyd ingin menjadi perusahaan pelayaran dan jasa logistik kelas dunia yang handal dan terpercaya membangun ekonomi nasional.
"Tahun 2016, perusahaan akan fokus pada restrukturisasi finansial, investasi dan finansial, serta sinergi antar-BUMN," kata Arham. Untuk mewujudkan itu, kata dia, Djakarta Lloyd butuh tujuh kapal.
Baca Juga:
Pada 2017, Djakarta Lloyd mulai melakukan ekspansi jaringan, memberi pelayanan yang prima, dan restrukturisasi finansial.
Sedangkan memasuki 2018, Djakarta Lloyd ingin melakukan aliansi global dengan perusahaan-perusahaan internasional. Caranya dengan membuka rute kontainer internasional dan restrukturisasi keuangan. Pada tahun itu, Arham mengaku butuh lima belas kapal untuk mengembangkan bisnis.
Arham berharap, pada 2019, Djakarta Lloyd masuk menjadi perusahaan kelas global. Pada fase ini, perusahaan akan membutuhkan 18 kapal. Diharapkan pada 2020 nanti, Djakarta Lloyd akan go publik (IPO) dengan 20 kapal.
"Kalau kami diberi kesempatan untuk membeli kapal sebanyak mungkin, lima tahun pertama kami jadi operator, 2027 sudah jadi player asset," ujar Arham. Dengan menjadi operator, kapal dari perusahaan ini belum dimiliki sepenuhnya alias masih diangsur. Sementara jika sudah menjadi player assist, Djakarta Lloyd telah memiliki sendiri kapalnya.
Arham yakin bahwa Djakarta Lloyd sudah mulai bangkit kembali setelah sempat terpuruk pada 2011. "Waktu itu karena kesalahan dalam berinvestasi, akhirnya berimplikasi pada Djakarta Lloyd ke depannya," kata dia.
Pada 2012, Djakarta Lloyd melakukan sinergi antar-BUMN. Perusahaan ini melakukan kontrak kerja panjang dengan PT. PLN dan PT. Antam. Fungsinya sebagai transporter batu bara dan nikel ore. Mereka juga berbenah yakni dalam efisiensi dan optimalisasi cabang-cabang dan pengembangan keagenan kapal asing, juga pendayagunaan aset.
Pada 2013, kata Arham, perusahaan ini melakukan transformasi bisnis. Jika dulunya memiliki 800 karyawan, sekarang Djakarta Lloyd hanya punya tidak lebih 50 karyawan. "Yang permanen baru 9 orang, lainnya kontrak," ujarnya. Djakarta Lloyd juga merekrut fresh graduate atau para lulusan terbaru.
REZKI ALVIONITASARI