TEMPO.CO, Jakarta - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) membidik kontrak Rp 86 triliun tahun ini, naik 57,74 persen dibanding target 2015. Sekretaris Perusahaan WIKA, Suradi Wongso, mengatakan target tersebut terdiri atas dua bagian, yakni Rp 52,29 triliun untuk tahun ini dan carry over 2015 sebesar Rp 33,74 triliun.
Menurut Suradi, komposisi target kontrak baru berasal dari pemerintah 20,73 persen, badan usaha milik negara 15,85 persen, dan swasta 63,42 persen. Hingga Desember 2015, kontrak baru yang diraih WIKA sekitar Rp 25,33 triliun atau 80,03 persen dari target kontrak baru 2015.
WIKA juga memproyeksikan angka penjualan, termasuk kerja sama operasional (KSO) Rp 26,49 triliun atau naik 23,61 persen dari Rencana Kerja dan Anggaran 2015. “Laba yang dapat didistribusikan ke entitas induk tahun ini mencapai Rp 750,15 miliar,” kata Suradi, Selasa, 12 Januari 2015.
Adapun untuk belanja modal, WIKA menganggarkan Rp 10,59 triliun tahun ini. Dengan asumsi, kata Suradi, perseroan mendapatkan penyertaan modal negara Rp 4 triliun. Dari angka itu, belanja modal perusahaan induk sebesar Rp 9,82 triliun dan untuk anak usaha Rp 770,44 miliar. Komposisi belanja modal induk usaha di antaranya untuk pengembangan usaha Rp 7,68 triliun, penyertaan Rp 1,55 triliun, dan investasi aset tetap Rp 583,5 miliar.
Analis PT Investa Sarana Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, menilai sektor konstruksi akan menjadi motor pendorong pertumbuhan ekonomi dan indeks harga saham gabungan tahun ini. "Bisnis konstruksi meningkat karena pembangunan infrastruktur yang digenjot mulai awal tahun ini," katanya.
Dengan terdorongnya sektor konstruksi, sektor perbankan otomatis terangkat melalui penyaluran pinjaman kepada proyek-proyek infrastruktur. Hal senada disampaikan oleh Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, "Kalau pengucuran kredit naik, bisnis perbankan juga akan tumbuh."
Perusahaan konstruksi lainnya, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PT PP), menargetkan nilai kontrak Rp 70 triliun, terutama dari proyek-proyek pemerintah. Sekretaris Perusahaan PP, Agus Samuel, mengatakan Rp 40 triliun di antaranya merupakan kontrak carry over tahun lalu. Target kontrak baru tahun ini sebesar Rp 30 triliun. "Peluang lebih banyak pada tahun ini," katanya.
SINGGIH SOARES | ADITYA BUDIMAN