TEMPO.CO, Jakarta - Analis First Asia Capital David Sutyanto memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak di kisaran 4.490 hingga 4.540, cenderung melemah di tengah volume perdagangan yang menipis. "Pasar global yang kembali berfluktuasi akan berimbas pada perdagangan hari ini," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa, 8 Desember 2015.
Menurut David, penurunan tajam harga minyak mentah akan menekan kembali saham sektoral yang berbasiskan komoditas. Namun sebaliknya akan menguntungkan saham sektor transportasi dan distribusi, serta sektor konsumsi dan yang sensitif interest-rate (suku bunga).
Pada perdagangan di Bursa Efek Senin, 7 Desember 2015, IHSG berhasil menguat terbatas setelah tiga sesi perdagangan mengalami koreksi. "IHSG setelah sempat menguat 38 poin di sesi pertama akhirnya tutup hanya menguat 12,940 poin (0,3 persen) di 4521,392," ujar David.
David berujar, pergerakan indeks saat ini dalam tren konsolidasi dengan volume dan nilai transaksi yang tipis. Volume transaksi saham di pasar reguler kemarin pun hanya mencapai 2,21 miliar lembar saham, yang turun dibandingkan volume transaksi rata-rata harian pekan kemarin yang bisa mencapai 2,78 miliar saham.
Harga minyak mentah yang drop menekan saham sektor energi seperti batubara. Selain itu, pelaku pasar cenderung wait and see menjelang pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) pekan depan. Sementara itu, tadi malam Wall Street terkoreksi rata-rata 0,7 persen. Indeks DJIA dan S&P masing-masing terkoreksi 0,7 persen di 17730,51 dan 2077,07.
Koreksi terutama dipicu saham-saham energi menyusul anjloknya harga minyak tadi malam hingga 6 persen di US$ 37,66 per barel. Menurut David, penurunan harga minyak itu merupakan harga terendah sejak 2009 sebagai reaksi atas keputusan OPEC akhir pekan lalu yang tidak memotong produksi. Di sisi lain, harga emas juga turut melemah 1,6 persen di US$ 1067,20 per t.oz seiring rencana kenaikan tingkat bunga dan penguatan dolar AS.
DESTRIANITA K