TEMPO.CO, Nusa Dua - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengaku heran dengan perilaku maskapai penerbangan, khususnya low cost carrier (LCC), yang kerap adu harga untuk menggaet penumpang. Akibatnya, bisnis penerbangan mengalami anomali lantaran pendapatannya menurun di tengah pertumbuhan jumlah penumpang positif.
"Itu sebabnya saya heran dengan airline, kenapa ingin murah-murahan sampai enggak masuk akal. Saya enggak ngerti, mungkin saya yang kurang cerdas," kata Jonan setelah membuka Konferensi Asosiasi Penerbangan Asia-Pasifik (AAPA) di Ritz Carlton, Nusa Dua, Bali, Jumat, 13 November 2015.
Baca Juga:
Menurut Jonan, saat ini pertumbuhan jumlah penumpang pesawat bisa mencapai 8 persen. Namun pendapatan maskapai malah menurun, 1-2 persen. Jonan mengatakan pelaku bisnis penerbangan sebenarnya cukup beruntung lantaran harga bahan bakar saat ini tengah turun, sehingga ada kesempatan bagi maskapai untuk menekan biaya operasi.
Saat ditemui pada Kamis, 12 November 2015, Direktur Utama PT GAruda Indonesia (Persero) Arif Wibowo mengatakan perang tarif terjadi lantaran saat ini terjadi kelebihan kapasitas pesawat. Pertumbuhan jumlah penumpang ternyata belum sebanding dengan ekspansi maskapai penerbangan yang cukup gencar. Kondisinya kian sulit setelah maskapai asing masuk, sehingga perang tarif kian tak terhindarkan.
Agar daya saing tetap terjaga, Arif mengatakan, rata-rata maskapai menjalankan strategi restrukturisasi biaya, antara lain renegosiasi dengan pemilik pesawat (lessor), memperpanjang umur sewa pesawat, serta renegosiasi biaya asuransi dan perawatan. Selain itu, maskapai menempatkan armada pesawat berbadan lebar pada rute-rute internasional yang cukup padat.
FERY FIRMANSYAH