TEMPO.CO, Jakarta -Situs property terbesar Indonesia, Rumah123.com memaparkan hasil survei sentimen properti Indonesia di paruh kedua tahun 2015. Survei online tersebut mendata suara 14.795 responden menggambarkan peningkatan perbaikan daya beli dan keinginan memiliki properti masyarakat dalam kurun waktu satu sampai dua tahun ke depan.
“Survei rutin ini kami ajukan sebagai tolak ukur bagi masyarakat umum, investor, pembeli, penjual (vendor), maupun pemilik properti yang termasuk warga lokal dan eskpatriat,” ujar Country General Manager Rumah123.com, Ignatius Untung di Jakarta, Selasa 3 November 2015.
Baca Juga:
Peningkatan perlahan industri properti tahun tersebut masih diwarnai kenaikan harga yang dipicu oleh maraknya pembangunan infrastruktur dan transportasi umum. Namun, hal itu masih berbanding lurus dengan banyaknya konsumen yang berinvestasi di sektor ini.
Untung mengatakan satu sampai dua tahun mendatang, masyarakat muda antara usia 21-30 akan memiliki keinginan tinggi untuk mendapat hunian pribadi. Hal itu terlihat dari demografi data survei di mana terdapat 31 persen wanita dan 33 persen pria berusia 21-30 tahun akan menjadi pasar utama kedua industri properti tahun 2016 setelah masyarakat usia 31-40 tahun yang mencapai 40 persen. “Sebagian besar dari masyarakat muda tersebut adalah mereka yang mencari rumah pertama,” kata Untung.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa Tangerang Selatan, Depok, dan Bogor adalah beberapa wilayah yang akan dilirik pasar untuk daerah Jabodetabek. Menguasai 36,4 persen responden, Tangerang Selatan menjadi area yang paling diminati. Sedangkan khusus Jakarta, wilayah Selatan menjadi favorit utama dengan 37,7 persen.
Belum ada keinginan tinggi untuk melakukan pembelian properti di luar negeri, namun survei Rumah123.com di semester dua ini menunjukkan peningkatan ketertarikan yang signifikan dari 9 persen ke 32 persen masyarakat yang tertarik membeli properti di luar negeri. Singapura, Australia, dan Malaysia menjadi destinasi utama dalam survei tersebut.
Terkait program pembangunan sejuta rumah oleh pemerintahan Jokowi, 72 persen masyarakat Indonesia mengetahui dan menunggu realisasi program ini. “Sosialisasi keberlanjutam program ini, terutama pada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) juga sudah sempat dilakukan di pameran Jakarta Properti Week bulan lalu.” kata Untung.
Suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) diperkirakan masih menjadi hambatan utama pertumbuhan properti. Terungkap juga bahwa 70 persen responden masih akan mencari pinjaman melalui KPR dalam membeli properti.
YOHANES PASKALIS