TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan pembahasan industri kelapa sawit dengan Pemerintah Indonesia merupakan sebuah peristiwa bersejarah, karena sudah dibahas sejak 2006.
"Sangat bersejarah dan signifikan. Pembahasan ini merupakan perwujudan dari satu bentuk kerja sama minyak sawit yang telah dibahas secara formal dan konkrit dalam waktu yang telah sangat lama," ujar PM Najib seusai bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu, 11 Oktober 2015.
Menurut Najib, pembahasan mengenai industri kelapa sawit ini sudah bergulir sejak 2006. Pada saat itu sudah ada kesepakatan namun masih belum bisa diterjemahkan dalam struktur formal sehingga belum dapat ditindak lanjuti.
Karena itu, pembahasan kali ini dinilai bersejarah dan sangat signifikan karena telah menghasilkan sesuatu yang konkrit.
Kedua kepala negara sepakat membentuk dewan negara penghasil kelapa sawit (C Pop/Council of Palm Oil Producing Countiries) yang akan bermarkas di Jakarta, Indonesia.
Saat ini kedua negara sedang membentuk satuan tugas untuk menyiapkan harmonisasi standar industri dari kedua negara untuk diterapkan secara global. Hal ini bertujuan untuk mensejahterakan para petani kelapa sawit baik di Indonesia maupun Malaysia.
Hingga hari ini, produksi minyak kelapa sawit Indonesia dan Malaysia mencapai 85 persen di seluruh dunia.
"Dewan ini juga menjadi sebagai suatu badan untuk memaksimalkan potensi kelapa sawit, tidak hanya di hulu namun juga di hilir, yang dapat memberi nilai tambah ekonomi di kedua negara," tambah Najib.
"Minyak sawit akan ditangani bersama dan diselaraskan dalam gugus tugas gabungan (joint task force) yang akan ditempatkan di Jakarta," tutup Najib.
ANTARA