TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia Ferdinand Hutahaean mengatakan proyek kereta api cepat berpotensi memperburuk hubungan Indonesia-Jepang. Ini setelah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menetapkan secara sepihak Cina sebagai pemenang tender untuk menggarap proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Keputusan Menteri Rini keluar setelah tiga bank BUMN mendapat utang baru senilai US$ 3 miliar dari Bank Pembangunan Cina (China Development Bank-CBD).
"Tidak ada ruang beauty contest yang baik dan terbuka, tiba-tiba Rini menetapkan Cina sebagai pemenang," katanya saat dihubungi Tempo, Jumat, 2 Oktober 2015.
Menurut Ferdinand, apa yang dilakukan oleh Rini memiliki dampak yang tidak ringan bagi masa depan investasi di Indonesia. Selain bisa mengancam terganggunya hubungan Indonesia dengan Jepang, hal tersebut juga berpotensi membuat ketegangan baru antara Cina dan Jepang. "Apalagi keduanya memang sejak lama kurang baik hubungannya."
Padahal, Jepang adalah negara yang sejak lama sudah berinvestasi besar di Indonesia. Sementara kereta api cepat Cina juga belum teruji setangguh kereta api cepat dari Jepang yang sudah 50 tahun lebih menggunakan teknologi canggih dengan zero accident.
"Dengan keputusannya, Rini dianggap mengabaikan begitu saja faktor keselamatan manusia hanya karena mungkin punya ekspektasi tertentu dalam proyek ini," ucapnya.
Pemerintah juga perlu melihat urgensi dari proyek ini. Terlebih dalam kondisi ekonomi global yang telah mengalami perlambatan. "Kami sarankan agar Presiden Jokowi mengambil langkah bijak dengan membatalkan proyek ini untuk sementara dan melakukan tender ulang bagi investor yang berminat di proyek ini," ujar Ferdinand.
Beberapa waktu lalu, Menteri BUMN menunjukkan keberpihakannya pada pemerintah Cina dalam proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Ditambah lagi dengan dukungannya atas perjanjian utang tiga Bank BUMN kepada Cina. Rini juga kurang transparan pada publik atas alasan dari segala tindakannya.
INGE KLARA SAFITRI