TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan Umum Bulog bakal menyiapkan 40 ribu ton beras untuk mengantisipasi adanya lonjakan harga beras di pasaran saat bulan Ramadan tiba. Menurut Direktur Pelayanan Publik Bulog Lely Pelitasari, jumlah ini lebih dari cukup untuk kebijakan operasi pasar perusahaan.
"Stok sudah cukup. Kami tinggal menunggu penugasan dari Kementerian Perdagangan," ujar Lely dalam diskusi "Pangan Kita" di Jakarta, Senin, 1 Juni 2015.
Stok yang disediakan Bulog kali ini hanya mengacu pada kebijakan operasi pasar yang dilaksanakan setiap bulan. Alasannya, musim panen gabah masih berlangsung di daerah penghasil padi hingga Agustus mendatang.
Kepala Divisi Penyaluran Bulog Basirun menyebut setiap Ramadan perseroan hanya menggelontorkan beras ke pasar maksimal 10 ribu ton. "Itu pun tidak setiap tahun dikeluarkan," ujar Basirun.
Sampai saat ini total stok beras di seluruh gudang Bulog mencapai 1,2 juta ton. Jumlah ini, menurut Lely, menurun dari tahun sebelumnya sekitar 1,5 juta ton.
Penurunan stok beras disebabkan panen padi yang terjadi pada akhir Maret, sehingga penyerapan Bulog ke mitra pemasok molor. Dibanding 2014, panen terjadi pada pertengahan Februari.
Direktur Institute for Development of Economics and Finance Enny Sri Hartati meminta Bulog menguasai stok beras nasional. Selama ini Bulog dianggap hanya mengamankan stok operasi.
Bulog, dianggap Enny, tidak mampu menstabilkan harga hanya berdasarkan operasi pasar. Sebab, 95 persen stok beras saat ini masih dikuasai pengusaha swasta yang bisa saja menaikkan harga sewaktu-waktu, hanya karena alasan spekulasi.
Jika stok tidak dikuasai Bulog, Ramadan tahun ini diperkirakan bakal terjadi kenaikan harga beras, atau tidak jauh berbeda dibanding tahun sebelumnya. Padahal, beras adalah komoditas yang signfikan menyumbang inflasi. "Bulog harus berjaga-jaga," kata Enny.
ROBBY IRFANY