TEMPO.CO, London - Dalam kunjungan kerjanya ke London Inggris, Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla berkesempatan mengadakan pertemuan tatap muka secara tertutup kepada beberapa pimpinan perusahaan Inggris terkemuka.
Perusahaan-perusahaan itu antara lain Jardine Matheson, Standard Chartered, dan Olam International yang bertempat di Asia House pada Kamis, 14 Mei 2015 pada pukul 12.00 hingga 13.00 siang.
Rombongan Wapres Kalla ini terdiri dari Duta Besar Indonesia untuk Inggris Raya Hamzah Thayeb, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Y. Limpo, Gubernur Sulawesi Tenggara H. Nur Alam, Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh, dan Wakil Gubernur Sumatra Barat Muslim Kasim. Sementara pimpinan perusahaan Inggris yang hadir dalam pertemuan tatap muka tertutup ini di antaranya Chairman Jardine Sir Henry Keswick, Direktur Jardine Lord Sasson, Chairman Standard Chartered Sir John Peace, President dan COO Olam International Amit Surit, Managing Director Olam International, Managing Director Olam International Gerard Manley, dan Direktur Olam Europe Tejinder Singh.
Setelah melakukan pertemuan tertutup dengan beberapa pimpinan perusahaan Inggris, Wapres menghadiri acara luncheon, dengan Asia House menjadi tuan rumahnya.
Sebelum acara makan siang dimulai, Menteri Perdagangan dan Investasi Inggris, Francis Maude, memberikan sambutanya atas kedatangan Wapres Kalla.
"Kami mengetahui bahwa Indonesia mempunyai agenda reformasi bidang ekonomi yang ambisius. Kami dari pemerintahaan Inggris dapat membantu dengan membagi pengalaman kami dalam melakukan reformasi ekonomi,” ujar Maude.
Setelah makan siang pada pukul 14.00 waktu setempat, Wapres Kalla berkesempatan memberikan paparan mengenai perkembangan muktahir perekonomian di Indonesia. JK menyampaikan hal ini kepada sekitar 50 yang kebanyakan merupakan pimpinan eksekutif dari perusahaan-perusahaan besar di Inggris yang tertarik berinvestasi di Indonesia, seperti Jardine, KPMG, Standard Chartered, Olam International, dan HSBC.
Dalam paparannya, JK menjelaskan Inggris merupakan salah satu investor terbesar di Indonesia yang menduduki peringkat lima terbesar.
“Kami berharap Inggris dapat menambah investasi untuk bidang energy, minyak, energy, pertanian, manufaktur serta dibidang perdagangan,” ujar JK. Di depan para pimpinan perusahaan Inggris tersebut, JK juga mengakui bahwa bahwa pertumbuhan ekonom Indonesia tidak memenuhi target pemerintah, yakni 5,7 persen tapi baru bergerak hingga kini sebesar 4,7 persen yang diakibatkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi Cina yang merupakan pasar komoditi utama Indonesia.
Namun, JK optimistis dengan potensi Indonesia karena jumlah kelas menengah Indonesia di masa depan.
“Jika jumlah kelas menengah lebih besar dua kali jumlah penduduk Malaysia yang 30 juta dan Singapura yang 5 juta, maka akan sangat menolong sekali pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang” kata JK.
Dalam sesi tanya jawab, salah seorang menanyakan tentang banyaknya investor asal Inggris tertarik untuk berinvestasi di sektor infrastruktur, seperti jalur kereta langsung airport ke Jakarta, bagaimana perkembangan terakhir tentang kesempatan investasi di Indonesia?
Menjawab pertanyaan ini, JK mengatakan dengan penduduk di Pulau Jawa sebanyak 160 juta maka kebutuhan akan transportasi umum sangat besar untuk menggantikan jalur kereta api yang sudah usang. Selain itu, beberapa investor dari Cina sedang mengerjakan proyek jalur kereta Jakarta-Bandung. Kemudian, Jepang yang mengerjakan proyek jalur kereta Jakarta-Surabaya.
“Tentu saja kami membuka peluang kerjasama misalnya Inggris bagus dalam sistem transportasi udara. Dengan Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng yang jalur penerbangannya ramai masih ada peluang di sana. Selain itu, juga kerja sama bisa dilakukan pada sistem transportasi perairan karena konektivitas perairan di Indonesia sangat penting," ungkap JK.
VISHNU YUWONO