TEMPO.CO, Balikpapan - Provinsi Kalimantan Timur memperkirakan pembangunan Pelabuhan Maloy di Kutai Timur bakal menelan dana fantastis hingga mencapai Rp 7 triliun.
Pelabuhan ini dibangun menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan dana dari pemerintah pusat. "Proyek diperkirakan selesai pada 2019," kata Kepala Dinas Perhubungan Kalimantan Timur, Zairin Zain, di Balikpapan, Selasa, 24 Maret 2015.
Zairin mengatakan saat ini pembangunan Pelabuhan Maloy memasuki tahap awal pengembangan infrastruktur lahan dan perkantoran yang sudah menelan biaya sebesar Rp 229 miliar. Anggaran ini dipergunakan untuk menyiapkan lahan seluas total 6 ribu hektare. "Anggaran gabungan dari daerah dan pusat," ujarnya.
Pelabuhan Maloy, kata Zairin, diproyeksikan menjadi pelabuhan terbesar yang mendukung distribusi sumber daya alam di Kalimantan Timur. Pelabuhan Maloy nantinya menjadi terminal utama penyaluran crude palm oil (CPO), kontainer, batu bara, perikanan, dan berbagai kepentingan lainnya.
Menurut Zairin, pelabuhan Maloy rencananya akan bersinergi dengan pembangunan jalan tol yang menghubungkan seluruh kota di Kalimantan Timur. Pelabuhan ini juga akan menjadi rute terakhir pembangunan rel kereta api lintas Borneo.
Khusus terminal CPO, Maloy memiliki kapasitas bongkar muat 2 ribu ton per hari. Fasilitas ini berdiri di atas lahan seluas 115 hektare. Pemerintah Kalimantan Timur juga menggenjot pembangunan kawasan industri dan Pelabuhan Maloy.
SG WIBISONO