TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia cenderung bergerak fluktuatif lantaran terdorong tekanan jual sebagian investor. Pada perdagangan Selasa, 27 Januari 2015, IHSG sempat bergerak negatif hingga menyentuh level 5.243,75, sebelum ditutup menguat 17,12 poin (0,33 persen) ke level 5.277,15.
Analis dari Milenium Danatama Sekuritas, Muhammad Al’Amin, mengatakan volume jual saham infrastruktur memberatkan langkah indeks. Meski investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 647 miliar, laju IHSG akhirnya tersendat. “Laju IHSG berayun di antara berlanjutnya tekanan jual dan net buy,” ucapnya. (Baca: IHSG Diprediksi Bergerak Bervariasi)
Amin menduga aksi beli investor asing masih berkaitan dengan keputusan Bank Sentral Eropa (ECB) mengucurkan stimulus sebesar EUR 1,1 triliun. Peluang terjadinya peralihan dana rangsangan ekonomi Eropa tersebut ke negara berkembang, termasuk Indonesia, membangun harapan akan peningkatan prospek imbal hasil pasar uang di setiap negara berkembang. (Baca: KPK Vs Polri Bakal Pengaruhi Indeks Saham)
Selain itu, Amin yakin kenaikan IHSG terjadi akibat penguatan mata uang rupiah. Pasalnya, kurs rupiah yang kembali bergerak ke level Rp 12.468 per dolar AS meningkatkan persepsi membaiknya fundamental perekonomian Indonesia.
Dimulainya rilis laporan keuangan emiten pada kuartal IV 2014 masih menjadi katalis positif aksi pembelian saham. Amin memprediksi IHSG masih akan menguat pada level 5.253-5.323. Selain menyorongkan saham perbankan, Amin merekomendasikan saham perkebunan, seperti AALI dan LSIP, untuk dikoleksi.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Diminta Jokowi Mundur, Budi Gunawan Menolak
Anak Raja Abdullah Ini Ungkap Kekejaman Ayahnya
Biarkan Mbah Ronggo, Jokowi: Ini Cara Bantu KPK