TEMPO.CO, Jakarta - Penjualan low cost green car (LCGC) yang diperkirakan menembus angka 120.000 unit tahun ini membuat pemerintah khawatir konsumsi BBM bersubsidi membengkak. Akibatnya, pemerintah berencana membedakan ukuran mulut tangki LCGC agar tak bisa lagi diisi dengan bahan bakar minyak bersubsidi.
Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian Budi Darmadi mengatakan penghematan subsidi BBM lebih efektif jika pembatasan ini dilakukan pada mobil berkapasitas mesin besar. "Sebenarnya yang lebih penting mobil yang cc-nya besar ya, kan lebih boros itu," kata Budi di Kementerian Perindustrian, Selasa, 6 Mei 2014. (Baca: Aturan Tak Jelas, LCGC Habiskan BBM Bersubsidi)
Budi mengatakan untuk penyesuaian nozzle dan mulut tangki LCGC, saat ini sedang dihitung secara teknis ukurannya. Budi mengatakan para agen tunggal pemegang merek (ATPM) sudah siap mengubah ukuran mulut tangki. "Mereka sudah siap. Biasanya perlu waktu empat bulan saja untuk menyiapkan produksi," ujar Budi.
Pada 2013, industri otomotif Indonesia telah menghasilkan 52.000 unit LCGC dan ditargetkan bertambah menjadi 150.000 unit tahun ini. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa meminta agar pemilik LCGC tak menggunakan BBM bersubsidi karena mobil murah ini sudah mendapat banyak insentif fiskal. (Baca: Pasar Meningkat, Datsun Produksi 40 Ribu LCGC)
BERNADETTE CHRISTINA MUNTHE